7 Faedah Qona’ah


a. Hati akan dipenuhi dengan keimanan kepada Allah

Seorang yang qana’ah akan yakin terhadap ketentuan yang ditetapkan Allah ta’ala sehingga diapun ridha terhadap rezeki yang telah ditakdirkan dan dibagikan kepadanya. Hal ini erat kaitannya dengan keimanan kepada takdir Allah. Seorang yang qana’ah beriman bahwa Allah ta’ala telah menjamin dan membagi seluruh rezeki para hamba-Nya, bahkan ketika sang hamba dalam kondisi tidak memiliki apapun. Sehingga, dia tidak akan berkeluh-kesah mengadukan Rabb-nya kepada makhluk yang hina seperti dirinya.

Ibnu Mas’ud radhilallahu ‘anhu pernah mengatakan,

إِنَّ أَرْجَى مَا أَكُونُ لِلرِّزْقِ إِذَا قَالُوا لَيْسَ فِي الْبَيْتِ دَقِيقٌ

“Momen yang paling aku harapkan untuk memperoleh rezeki adalah ketika mereka mengatakan, “Tidak ada lagi tepung yang tersisa untuk membuat makanan di rumah” [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam].

إِنَّ أَحْسَنَ مَا أَكُونُ ظَنًّا حِينَ يَقُولُ الْخَادِمُ: لَيْسَ فِي الْبَيْتِ قَفِيزٌ مِنْ قَمْحٍ وَلَا دِرْهَمٌ

“Situasi dimana saya mempertebal husnuzhanku adalah ketika pembantu mengatakan, “Di rumah tidak ada lagi gandum maupun dirham.” [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah (34871); Ad Dainuri dalam Al Majalisah (2744); Abu Nu'aim dalam Al Hilyah (2/97)].

Imam Ahmad mengatakan,

أَسَرُّ أَيَّامِي إِلَيَّ يَوْمٌ أُصْبِحُ وَلَيْسَ عِنْدِي شَيْءٌ

“Hari yang paling bahagia menurutku adalah ketika saya memasuki waktu Subuh dan saya tidak memiliki apapun.” [Shifatush Shafwah 3/345].

b. Memperoleh kehidupan yang baik

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” [An-Nahl: 97].

Kehidupan yang baik tidaklah identik dengan kekayaan yang melimpah ruah. Oleh karenanya, sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kehidupan yang baik dalam ayat di atas adalah Allah memberikannya rezeki berupa rasa qana’ah di dunia ini, sebagian ahli tafsir yang lain menyatakan bahwa kehidupan yang baik adalah Allah menganugerahi rezeki yang halal dan baik kepada hamba [Tafsir ath-Thabari 17/290; Maktabah asy-Syamilah].

Dapat kita lihat di dunia ini, tidak jarang, terkadang diri kita mengorbankan agama hanya untuk memperoleh bagian yang teramat sedikit dari dunia. Tidak jarang bahkan kita menerjang sesuatu yang diharamkan hanya untuk memperoleh dunia. Ini menunjukkan betapa lemahnya rasa qana’ah yang ada pada diri kita dan betapa kuatnya rasa cinta kita kepada dunia.

Tafsir kehidupan yang baik dengan anugerah berupa rezeki yang halal dan baik semasa di dunia menunjukkan bahwa hal itu merupakan nikmat yang harus kita usahakan. Harta yang melimpah ruah sebenarnya bukanlah suatu nikmat jika diperoleh dengan cara yang tidak diridhai oleh Allah. Tapi sayangnya, sebagian besar manusia berkeyakinan harta yang sampai ketangannya meski diperoleh dengan cara yang haram itulah rezeki yang halal. Ingat, kekayaan yang dimiliki akan dimintai pertanggungjawaban dari dua sisi, yaitu bagaimana cara memperolehnya dan bagaimana harta itu dihabiskan. Seorang yang dianugerahi kekayaan melimpah ruah tentu pertanggungjawaban yang akan dituntut dari dirinya di akhirat kelak lebih besar.

c. Mampu merealisasikan syukur kepada Allah

Seorang yang qana’ah tentu akan bersyukur kepada-Nya atas rezeki yang diperoleh. Sebaliknya barangsiapa yang memandang sedikit rezeki yang diperolehnya, justru akan sedikit rasa syukurnya, bahkan terkadang dirinya berkeluh-kesah. Nabi pun mewanti-wanti kepada Abu Hurairah,

يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا، تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا، تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ

“Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara’ niscaya dirimu akan menjadi hamba yang paling taat. Jadilah orang yang qana’ah, niscaya dirimu akan menjadi hamba yang paling bersyukur” [HR. Ibnu Majah: 4217].

Seorang yang berkeluh-kesah atas rezeki yang diperolehnya, sesungguhnya tengah berkeluh-kesah atas pembagian yang telah ditetapkan Rabb-nya. Barangsiapa yang mengadukan minimnya rezeki kepada sesama makhluk, sesungguhnya dirinya tengah memprotes Allah kepada makhluk. Seseorang pernah mengadu kepada sekelompok orang perihal kesempitan rezeki yang dialaminya, maka salah seorang diantara mereka berkata, “Sesungguhnya engkau ini tengah mengadukan Zat yang menyayangimu kepada orang yang tidak menyayangimu” [Uyun al-Akhbar karya Ibnu Qutaibah 3/206].

d. Memperoleh keberuntungan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa seorang yang qana’ah akan mendapatkan keberuntungan.

Fudhalah bin Ubaid radhiallalahu ‘anhu pernah mendengar nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

طُوبَى لِمَنْ هُدِيَ إِلَى الإِسْلَامِ، وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا وَقَنَعَ

“Keberuntungan bagi seorang yang diberi hidayah untuk memeluk Islam, kehidupannya cukup dan dia merasa qana’ah dengan apa yang ada” [HR. Ahmad 6/19; Tirmidzi 2249].

Abdullah bin Amr mengatakan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

“Sungguh beruntung orang yang memeluk Islam, diberi rezki yang cukup dan Allah menganugerahi sifat qana’ah atas apa yang telah diberikan-Nya” [HR. Muslim: 1054; Tirmidzi: 2348].

e. Terjaga dari berbagai dosa

Seorang yang qana’ah akan terhindar dari berbagai akhlak buruk yang dapat mengikis habis pahala kebaikannya seperti hasad, namimah, dusta dan akhlak buruk lainnya. Faktor terbesar yang mendorong manusia melakukan berbagai akhlak buruk tersebut adalah tidak merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan, tamak akan dunia dan kecewa jika bagian dunia yang diperoleh hanya sedikit. Semua itu berpulang pada minimnya rasa qana’ah.

Jika seseorang memiliki sifat qana’ah, bagaimana bisa dia melakukan semua akhlak buruk di atas? Bagaimana bisa dalam hatinya timbul kedengkian, padahal dia telah ridha terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah?

Abdullah bin Mas’ud radhiallalhu ‘anhu mengatakan,

الْيَقِينُ أَنْ لَا تُرْضِيَ النَّاسَ بِسُخْطِ اللَّهِ، وَلَا تَحْسُدَ أَحَدًا عَلَى رِزْقِ اللَّهِ، وَلَا تَلُمْ أَحَدًا عَلَى مَا لَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ، فَإِنَّ الرِّزْقَ لَا يَسُوقُهُ حِرْصُ حَرِيصٍ، وَلَا يَرُدُّهُ كَرَاهَةُ كَارِهٍ، فَإِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى – بِقِسْطِهِ وَعِلْمِهِ وَحُكْمِهِ – جَعَلَ الرَّوْحَ وَالْفَرَحَ فِي الْيَقِينِ وَالرِّضَا، وَجَعَلَ الْهَمَّ وَالْحُزْنَ فِي الشَّكِّ وَالسُّخْطِ

“Al Yaqin adalah engkau tidak mencari ridha manusia dengan kemurkaan Allah, engkau tidak dengki kepada seorangpun atas rezeki yang ditetapkan Allah, dan tidak mencela seseorang atas sesuatu yang tidak diberikan Allah kepadamu. Sesungguhnya rezeki tidak akan diperoleh dengan ketamakan seseorang dan tidak akan tertolak karena kebencian seseorang. Sesungguhnya Allah ta’ala –dengan keadilan, ilmu, dan hikmah-Nya- menjadikan ketenangan dan kelapangan ada di dalam rasa yakin dan ridha kepada-Nya sserta menjadikan kegelisahan dan kesedihan ada di dalam keragu-raguan (tidak yakin atas takdir Allah) dan kebencian (atas apa yang telah ditakdirkan Allah)” [Diriwayatkan Ibnu Abid Dunya dalam Al Yaqin (118) dan Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman (209)].

Sebagian ahli hikmah mengatakan, “Saya menjumpai yang mengalami kesedihan berkepanjangan adalah mereka yang hasad sedangkan yang memperoleh ketenangan hidup adalah mereka yang qana’ah” [Al Qana’ah karya Ibnu as-Sunni hlm. 58].

f. Kekayaan sejati terletak pada sifat qana’ah

Qana’ah adalah kekayaan sejati. Oleh karenanya, Allah menganugerahi sifat ini kepada nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman,

وَوَجَدَكَ عَائِلًا فأغنى

“Dan Dia menjumpaimu dalam keadaan tidak memiliki sesuatu apapun, kemudian Dia member kekayaan (kecukupan) kepadamu” [Adh-Dhuha: 8].

Ada ulama yang mengartikan bahwa kekayaan dalam ayat tersebut adalah kekayaan hati, karena ayat ini termasuk ayat Makkiyah (diturunkan sebelum nabi hijrah ke Madinah). Dan pada saat itu, sudah dimaklumi bahwa nabi memiliki harta yang minim [Fath al-Baari 11/273].

Hal ini selaras dengan hadits-hadits nabi yang menjelaskan bahwa kekayaan sejati itu letaknya di hati, yaitu sikap qana’ah atas apa yang diberikan-Nya, bukan terletak pada kuantitas harta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya kemewahan dunia, akan tetapi kekayaan hakiki adalah kekayaan (kecukupan) dalam jiwa (hati)” [HR. Bukhari: 6446; Muslim: 1051].

Abu Dzar radhiallalhu ‘anhu mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya, “Wahai Abu Dzar apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itu adalah kekakayaan sebenarnya?” Saya menjawab, “Iya, wahai rasulullah.” Beliau kembali bertanya, “Dan apakah engkau beranggapan bahwa kefakiran itu adalah dengan sedikitnya harta?” Diriku menjawab, “Benar, wahai rasulullah.” Beliau pun menyatakan, “Sesungguhnya kekayaan itu adalah dengan kekayaan hati dan kefakiran itu adalah dengan kefakiran hati” [HR. An-Nasaai dalam al-Kubra: 11785; Ibnu Hibban: 685].

Apa yang dinyatakan di atas dapat kita temui dalam realita kehidupan sehari-hari. Betapa banyak mereka yang diberi kenikmatan duniawi yang melimpah ruah, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan diri dan keturunannya selama berpuluh-puluh tahun, namun tetap tidak merasa cukup sehingga ketamakan telah merasuk ke dalam urat nadi mereka. Dalam kondisi demikian, bagaimana lagi dia bisa perhatian terhadap kualitas keagamaan yang dimiliki, bukankah waktunya dicurahkan untuk memperoleh tambahan dunia?

Sebaliknya, betapa banyak mereka yang tidak memiliki apa-apa dianugerahi sifat qana’ah sehingga merasa seolah-olah dirinyalah orang terkaya di dunia, tidak merendahkan diri di hadapan sesama makhluk atau menempuh jalan-jalan yang haram demi memperbanyak kuantitas harta yang ada.

Rahasianya terletak di hati sebagaimana yang telah dijelaskan. Oleh karena pentingnya kekayaan hati ini, Umar radhilallahu ‘anhu pernah berpesan dalam salah satu khutbahnya,

تَعْلَمُونَ أَنَّ الطَّمَعَ فَقْرٌ، وَأَنَّ الْإِيَاسَ غِنًى، وَإِنَّهُ مَنْ أَيِسَ مِمَّا عِنْدَ النَّاسِ اسْتَغْنَى عَنْهُمْ

“Tahukah kalian sesungguhnya ketamakan itulah kefakiran dan sesungguhnya tidak berangan-angan panjang merupakan kekayaan. Barangsiapa yang tidak berangan-angan memiliki apa yang ada di tangan manusia, niscaya dirinya tidak butuh kepada mereka” [HR. Ibnu al-Mubarak dalam az-Zuhd: 631].

Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu pernah berwasiat kepada putranya, “Wahai putraku, jika dirimu hendak mencari kekayaan, carilah dia dengan qana’ah, karena qana’ah merupakan harta yang tidak akan lekang” [Uyun al-Akhbar : 3/207].

Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya,

مَا مَالُكَ؟

“Apa hartamu”,

beliau menjawab,

لِي مَالَانِ لَا أَخْشَى مَعَهُمَا الْفَقْرَ: الثِّقَةُ بِاللَّهِ، وَالْيَأْسُ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

“Saya memiliki dua harta dan dengan keduanya saya tidak takut miskin. Keduanya adalah ats-tsiqqatu billah (yakin kepada Allah atas rezeki yang dibagikan) dan tidak mengharapkan harta yang dimiliki oleh orang lain [Diriwayatkan Ad Dainuri dalam Al Mujalasah (963); Abu Nu'aim dalam Al Hilyah 3/231-232].

Sebagian ahli hikmah pernah ditanya, “Apakah kekayaan itu?” Dia menjawab, “Minimnya angan-anganmu dan engkau ridha terhadap rezeki yang mencukupimu” [Ihya ‘Ulum ad-Diin 3/212].

g. Memperoleh kemuliaan

Kemuliaan terletak pada sifat qana’ah sedangkan kehinaan terletak pada ketamakan. Mengapa demikian, karena seorang yang dianugerahi sifat qana’ah tidak menggantungkan hidupnya pada manusia, sehingga dirinya pun dipandang mulia. Adapun orang yang tamak justru akan menghinakan dirinya di hadapan manusia demi dunia yang hendak diperolehnya. Jibril ‘alaihissalam pernah berkata,

يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُ اللَّيْلِ وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ

“Wahai Muhammad, kehormatan seorang mukmin terletak pada shalat malam dan kemuliaannya terletak pada ketidakbergantungannya pada manusia” [HR. Hakim: 7921].

Al Hasan berkata,

لَا تَزَالُ كَرِيمًا عَلَى النَّاسِ – أَوْ لَا يَزَالُ النَّاسُ يُكْرِمُونَكَ مَا لَمْ تُعَاطِ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ اسْتَخَفُّوا بِكَ، وَكَرِهُوا حَدِيثَكَ وَأَبْغَضُوكَ

“Engkau akan senantiasa mulia di hadapan manusia dan manusia akan senantiasa memuliakanmu selama dirimu tidak tamak terhadap harta yang mereka miliki. Jika engkau melakukannya, niscaya mereka akan meremehkanmu, membenci perkataanmu dan memusuhimu” [Al-Hilyah: 3/20].

Al Hafizh Ibnu Rajab mengatakan,

وَقَدْ تَكَاثَرَتِ الْأَحَادِيثُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْأَمْرِ بِالِاسْتِعْفَافِ عَنْ مَسْأَلَةِ النَّاسِ وَالِاسْتِغْنَاءِ عَنْهُمْ، فَمَنْ سَأَلَ النَّاسَ مَا بِأَيْدِيهِمْ، كَرِهُوهُ وَأَبْغَضُوهُ؛ لِأَنَّ الْمَالَ مَحْبُوبٌ لِنُفُوسِ بَنِي آدَمَ، فَمَنْ طَلَبَ مِنْهُمْ مَا يُحِبُّونَهُ، كَرِهُوهُ لِذَلِكَ

“Begitu banyak hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkan untuk bersikap ‘iifah (menjaga kehormatan) untuk tidak meminta-minta dan tidak bergantung kepada manusia. Setiap orang yang meminta harta orang lain, niscaya mereka akan tidak suka dan membencinya, karena harta merupakan suatu hal yang amat dicintai oleh jiwa anak Adam. Oleh karenanya, seorang yang meminta orang lain untuk memberikan apa yang disukainya, niscaya mereka akan membencinya” [Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam 2/205].

Kepemimpinan dalam agama yang identik dengan kemuliaan pun dapat diperoleh jika seorang ‘alim tidak menggantungkan diri kepada manusia, sehingga mereka tidak direpotkan dengan berbagai kebutuhan hidup yang dituntutnya. Seyogyanya manusia membutuhkan sang ‘alim karena ilmu, fatwa dan nasehatnya. Mereka bukannya butuh ketamakan dari sang ‘alim. Seorang Arab badui pernah bertanya kepada penduduk Bashrah,

مَنْ سَيِّدُ أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ؟ قَالُوا: الْحَسَنُ، قَالَ: بِمَا سَادَهُمْ؟ قَالُوا: احْتَاجَ النَّاسُ إِلَى عِلْمِهِ، وَاسْتَغْنَى هُوَ عَنْ دُنْيَاهُمْ

“Siapa tokoh agama di kota ini?” Penduduk Bashrah menjawab, “Al Hasan.” Arab badui bertanya kembali, “Dengan apa dia memimpin mereka?” Mereka menjawab, “Manusia butuh kepada ilmunya, sedangkan dia tidak butuh dunia yang mereka miliki” [Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam 2/206].

Sumber: Al Qana’ah, Mafhumuha, Manafi’uha, ath-Thariqu ilaiha karya Ibrahim bin Muhammad al-Haqil disertai beberapa penambahan.

Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim

Artikel www.muslim.or.id

PANDUAN MEMASUKKAN FONT ARAB DAN JAWI KE MICROSOFT OFFICE

Mula-mula sekali download folder font Arab dan jawi di internet dulu. Anda boleh dapatkan di blog : AbuFarhi atau titas.
  1. Buka folder font Arab dan Jawi yang anda telah download, copy semua fail.
  2. Pastu Pilih Start kat taskbar tu.
  3. Pergi ke control panel.
  4. Klik folder ‘fonts’. Paste semua file yang telah di’copy tadi dalam folder ‘fonts’ tu. Siap.
  5. Insya Allah bila anda buka msword office anda pilihan font Arab dan Jawi akan ada kat options font msword anda. Semoga berjaya.

Panduan membuat toko online blogspot gratis

Terkadang disaat ingin berjualan di internet diperlukan website toko online , toko online yang banyak beredar di internet saat ini adalah toko online yang dirancang menggunakan script php menggunakan dbms mysql. Namun script tersebut harganya cukup mahal dengan kisaran sekitar ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Belum lagi setiap tahunnya dibutuhkan tambahan biaya sewa hosting dan domain.

Biaya toko online tersebut mungkin tidak terlalu berat buat penjual produk yang keuntungan pertahunnya mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Namun untuk anda yang mungkin hanya mendapatkan  keuntungan yang tidak terlalu banyak, mungkin bisa memanfaatkan hosting dan domain gratis yang disediakan oleh blogspot/blogger milik google.



Keuntungan menggunakan hosting subdomain blogspot adalah:
1.Tidak ada biaya yang anda keluarkan  saat menggunakan layanan dari blogspot semua fasilitas gratis.
2. Kualitas hosting terjamin
3. Mudah melakukan custom domain , (untuk menggunakan Top Level Domain) , cukup setting pada control panel domain yang anda beli selanjutnya setting di dashboard blogger, panduannya bisa dilihat disini custom domain blogspot
4. Mudah dikelola,
5. SEO Friendly

Kelemahan
Jika menggunakan subdomain blogspot, toko online terkesan kurang profesional.

Di bawah ini adalah contoh toko online yang dibuat menggunakan blogspot



Demonya bisa dilhat disini toko online blogspot

Panduan membuat toko online blogspot bisa dilihat disini:
1. Memasang script template toko online
2. Mengatur script template posting toko online
3. Membuat posting toko online

Cara memasang lagu sendiri menjadi background blog di blogspot



Terkadang kita ingin menambah lagu menjadi backgound blog agar blog lebih terkesan menghibur, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk memasang lagu di blog yaitu dengan menggunakan layanan embed code lagu yang sudah tersedia oleh layanan lagu online dan yang kedua adalah memasang lagu sendiri.
Untuk memasang lagu sendiri jika menggunakan blogspot maka yang harus dilakukan adalah upload file ke website audio hosting gratis.kemudian memasukkan link file lagu tersebut ke dalam template atau gadget html.

Prosedur lengkapnya seperti di bawah ini:



1. Yang pertama kita lakukan adalah upload ke website audio hosting, disini saya gunakan filefreak, beberapa website audio hosting bisa dilihat disini free music hosting
Jika situs hosting mengijinkan file audio format midi, sebaiknya file yang diupload dalam bentuk midi agar lebih ringan loadingnya saat melakukan streaming.
Untuk mengubah file mp3, wav atau audio lainnya ke bentuk midi bisa gunakan sofware gratis berikut audio converter

2. Dalam contoh ini saya menggunakan filefreak. Buka situs free audio hosting bisa klik disni audio hosting
Daftar menjadi member, klik Sign up
Setelah menjadi member klik upload file untuk upload file mp3
Dalam contoh ini saya menggunakan file mp3 (karena hosting audio yang saya gunakan hanya mengijinkan mp3) Setelah diupload akan diperoleh link file mp3 tersebut seperti di bawah ini (klik fernando.mp3)

Direct Linknya akan tampil seperti pada gambar berikut ini
Klik kanan pada Direct , di popupmenu pilih Copy Link Location



Paste link tersebut di blog (ke dalam source code widget lagu)
perhatikan file yang akan digunakan akan berakhiran  mp3, atau file audio lainnya
Contoh:
http://www.filefreak.com/files/798900_qmg7m/01%20-%20FERNANDOa.mp3
atau
http://www.filefreak.com/files/803389_ddcci/FERNANDOb.mp3

2.Selanjutnya login ke dashboard blogger
Pilih Tata Lerak , Elemen Halaman , Tambah Gadget



Masukkan script berikut ke dalam gadget html/javascript



<object classid="CLSID:6BF52A52-394A-11d3-B153-00C04F79FAA6"
id="player" width="270" height="60">
<param name="url"
value="http://www.filefreak.com/files/803389_ddcci/FERNANDOb.mp3" />
<param name="src"
value="http://www.filefreak.com/files/803389_ddcci/FERNANDOb.mp3" />
<param name="showcontrols" value="true" />
<param name="autostart" value="true" />
<!--[if !IE]>-->
<object type="video/x-ms-wmv"
data="http://www.filefreak.com/files/803389_ddcci/FERNANDOb.mp3"
width="270" height="60">
<param name="src"
value="http://www.filefreak.com/files/803389_ddcci/FERNANDOb.mp3" />
<param name="autostart" value="true" />
<param name="controller" value="true" />
</object>
<!--<![endif]-->
</object>


catatan:
1. Nilai 270 dan 60 pada width="270" height="60", bisa dubah sesuai lebar dan tinggi player yang diinginkan, sesuaikan dengan lebar sidebar blog
2. http://www.filefreak.com/files/798900_qmg7m/01%20-%20FERNANDOa.mp3 , bisa diganti dengan link lagu yang anda upload.
3. File midi bisa juga dicari di direktori Windows : C:\Windows\Media
Script di atas baru saya coba pada IE (Internet explorer), Firefox, dan Google Chrome, dan bisa berjalan dengan baik. Untuk browser opera dan safari belum saya uji coba.
4. Sebaiknya file mp3 anda upload sendiri, karena jika pemakaian secara bersama (share) maka akan cepat menghabiskan quota bandwith (maksimum bandwith per user filefreak 256 MB/bulan)

Contohnya bisa dilihat disini Clothes for woman and man

Cara Mendapatkan Uang Rp 100.000 - Rp 200.000 per hari

Idsurvei - Cara Mendapatkan Uang Rp 100.000 - Rp 200.000 per hari

Idsurvei - Cara Mendapatkan Uang Rp 100.000 - Rp 200.000 per hari. Beberapa hari yang lalu ane dapat info dari teman blogger ane tentang beberapa website yg bisa menghasilkan uang via online dan salah satunya adalah idsurvei.com
Melalui situs tersebut sobat bisa mendapatkan earning/uang Rp 100.000 - Rp 200.000 dengan cara mudah sekali. Jika sobat memiliki banyak teman di facebook, banyak follower di twitter dan Google plus apa lagi kalau punya blog dengan trafik yg lumayan (ratusan ke atas), maka tak mustail sobat bisa mendapatkan 100.000 - 200.000 perhari dan mungkin lebih dari itu.
Berbicara tentang situs ini benar2 membayar atau tidak, ane sendiri melihat bukti pembayaran punya teman ane...jadi tak ada alasan lagi ane ragu dengan idsurvei.
Jujur saja, baru dua hari saja ane ikut idsurvei earning ane dah 150 rb lebih, lalu kapan uang tersebut kita terima? Melalui apakah kita menerima duitnya?
=> Untuk saat ini idsurvei membayar penghasilan para membernya setiap petengahan bulan, yaitu tgl 15, 16, dan 17 tiap bulan dengan minimal pendapatan yg ad di akun kita sebesar Rp 200.000, lalu pembayarannya melalui dua rekening; BCA dan Mandiri.

Jika sobat masih ragu dengan idsurvei, silahkan lihat payment proof milik ane berikut ini (Via BCA);

1. Pembayaran pertama (Rp 550.000,-)


Lalu berikut bukti langsung dari situs idsurvei;


Bagaimana cara kerjanya? Sangat gampang sekali, silahkan baca di situs idsurvei
Jika sobat tertarik buat ikutan, segera

(Jangan sampai terlambat, disitus idsurvei menyatakan bahwa member terbatas)

Semoga bermanfaat :}


Tags: bukti pembayaran idsurvei, cara daftar idsurvei, cara kerja idsurvei, bca mandiri idsurvei

Siwak


Siwak


Siwak ialah membersihkan mulut dan gigi

 


Siwak sangat perlu pada setiap waktukecuali orang yang sedang berpuasa sesudah matahari condong kea rah barat. Lebih-lebih dalam 3 keadaan berikut siwak sangat diutamakaan 
 pada waktu)
1.       Sewaktu bangun tidur. 

Nabi membiasakannya , seperti  tersebut dalam hadits yang artinya 
“ Rasullalah saw.
 Ketika bangun tidur bersiwakMenurut riwayat lain : menggosok mulutnya dengansiwak”. (HR. Bukhari dan muslim)

2.       Ketika akan shalat (berwudlu). 

Nabi bersabda : “ kalau tidak karena aku merasa berat atas umatku ( khawatir memberatkansungguh akan kuperintahkan mereka bersiwak setiap hendak sahlat”.( HR. Bukhari dan Muslim)
3.       Ketika mulut berbau 

baik karena makanseperti bau bawang putihpetejengkolatau karena 
 diam yang lama, dllDalam riwayat yanglain nabi bersabda :“Dari aisyah ra. Dari nabi saw. Bersabda : shalat (sunat) 2 rakaat (yang di kerjakan ) dengan bersiwak itu lebih baik dari shalat (sunnat) 70 rakaat yang tidak dengan siwak” (HR. Abu Nu’aim)

 

Disamping itu disunahkan juga bersiwak sebelum membaca Al-Quran dadiwaktu giginya 
 menguning karena kotorwalaupun mulutnya itu tidak berbau.

“Fasting in Ramadan develops in a person the real spirit of social belonging, of unity and brotherhood, and of equality before God



“Fasting in Ramadan develops in a person the real spirit of social belonging, of unity and brotherhood, and of equality before God. This spirit is the natural product of the fact that when people fast they feel that they are joining the whole Muslim society (which makes up more than one fifth of world’s population) in observing the same duty, in the same manner, at the same time, for the same motives, and for the same end. No sociologist or historian can say that there has been at any period of history anything comparable to this powerful institution of Islam: Fasting in the month of Ramadan. People have been crying throughout the ages for acceptable ‘belonging’, for unity, for brotherhood, for equality, but how echoless their voices have been, and how very little success they have met…” says Hammudah Abdalati, in Islam in Focus.
“What is fasting?” “How does the fasting of Muslims in Ramadan differ from the fasting of other faiths?” “Why should one ‘torture’ one’s body in the first place?” “What do you really gain from fasting in the end?”…These are a few questions that a number of non-Muslim friends and colleagues often ask us, usually out of fascination with this spiritually-uplifting practice of Islamic faith, and at times out of pity and sympathy for us, thinking, why should anyone suffer from hunger and thirst like Muslims? I wouldn’t be surprised if many of us shared the same negative perception of Fasting.
It is important to note that Fasting in Arabic is called, “Sawm”, which literally means ‘to be at rest’. Fasting in the month of Ramadan (the 9th month of the Islamic lunar calendar) is one of the Five Pillars upon which the “house” of Islam is built. During this month, every able-bodied Muslim, is required to fast, everyday from dawn until dusk
12 Reasons To Fast!
1. Fasting is an institution for the improvement of moral and spiritual character of human being. The purpose of the fast is to help develop self-restraint, self-purification, God-consciousness, compassion, the spirit of caring and sharing, the love of humanity and the love of God. Fasting is a universal custom and is advocated by all the religions of the world, with more restrictions in some than in others. The Islamic Fast, as opposed to mere starvation or self-denial, is an act of worship and obedience to God, thanksgiving, forgiveness, spiritual training, and self-examination.
2. Ramadan gives us a break and provides us with a rare opportunity to think about our own selves, our future, and our families. It is a time to give our selves a mental break and to temporarily forget about the hundreds of worries and stresses we are constantly bombarded with. In hectic times, such as ours, and in places like the West, this valuable time to think about our lives, on individual basis, is a luxury and is desperately needed! It is a unique month of self-analysis, and of taking stock of one’s moral and spiritual ‘assets and liabilities’.
3. Fasting indoctrinates us in patience, unselfishness, and gratitude. When we fast we feel the pains of deprivation and hunger, and learn how to endure it patiently. The meaning of this powerful experience in a social and humanitarian context is that we are much quicker than anybody else in sympathizing with the oppressed and needy around the world, and responding to their needs. “It is the month to visit the poor, the sick, and the needy to share their sorrows. It is the month where the food, sustenance and the earnings of a believing Muslim increases and they are blessed,” says the Final Prophet of God, Muhammad (peace be upon him), a man who was known for his noble humanitarian causes, for social justice, and for being the first to respond to other’s needs, despite the fact that he himself lived a very simple and humble life. It is only during such a trying time as Ramadan that we can reflect on the condition of those in this world who may not be as fortunate as us.
4. Fasting in Ramadan enables us to master the art of mature adaptability and Time-Management. We can easily understand this point when we realize that fasting makes people change the entire course of their daily life. When they make the change, they naturally adapt themselves to a new system and schedule, and move along to satisfy the rules. This, in the long run, develops in them a wise sense of adaptability and self-created power to overcome the unpredictable hardships of life! A person who values constructive adaptability, time-management, and courage will appreciate the effects of Fasting in this respect as well.
5. It cultivates in us the principle of sincere Love, because when we observe Fasting, we do it out of deep love for God. And a person, who loves God, truly is a person who knows what love is and why everyone on this Earth should be loved and treated justly, for the sake of God.
6. Fasting elevates the human spirit and increases our awareness of God. It strengthens our will-power as we learn to rise above our lower desires. The institution of fasting is both unique and a shared experience in human history. From the very beginning of time, humans have struggled to master their physical and psychological selves: their bodies and their emotions. Hunger is one the most powerful urges that we experience. Many, through over- or under-eating or consumption of unhealthy foods, abuse this urge. Thus, when a person purposefully denies something to their own self that it craves, they are elevating their mind above their body, and their reason and will above their carnal passions. “A fasting person empties his stomach of all the material things: to fill his soul with peace and blessings, to fill his heart with love and sympathy, to fill his spirit with piety and Faith, to fill his mind with wisdom and resolution,” says H. Abdalati in Islam in Focus. The person who can rule their desires and make them work, as they like, has attained true moral excellence.
7. With the clarity of mind and absence of distractions, also comes a greater focus. As students, the period of fasting, especially early during the day, serves as a tool to focus our minds on our academics. In the month of Ramadan, many Muslims try to avoid watching TV, listening to music, and some other leisure activities, which spares them more time and energy to be spent on more productive activities such as academics, intense study of Islam, voluntary prayers, social and humanitarian causes, and a quality time with the family, to name a few. It is a reminder of our duty to God, our purpose and higher values in life, as God Himself describes the purpose of fasting as follows, “O you who Believe! Fasting has been prescribed for you as it was prescribed for those before you, so that you may develop consciousness of God” (Quran 2:183).
8. Fasting has numerous, scientifically proven, benefits for our physical health and mental well-being. The time, length and nature of the Islamic Fast all contribute to its overall positive effect. One of the medical benefits is a much-needed rest to the digestive system. The reduced food intake during the day allows the body to concentrate on getting rid of harmful dietary toxins accumulated as natural by-products of food digestion throughout the year. The length of the Islamic Fast itself (around 12-14 hours) is in sync with the ‘transit time’ of food from the mouth to the colon of the large intestine, ensuring that no stimulus reaches the stomach or digestive system while it remains in homeostasis. Therefore, for the vast majority of healthy individuals fasting poses no medical risks but in fact provides many health benefits, such as: an increase in serum Magnesium, essential for cardio-vascular health and prevention of heart complications; improvement in the quality and depth of sleep; improvement in memory and slower skin aging over time; increased production of growth hormone, etc. Also, as a general note, it has been observed that underfed animals live longer than their heavily fed counterparts and suffer fewer illnesses during their lives.
9. The month of Ramadan provides us with a sort of “Boot camp.” It is a month of intense moral training. Since we know that Fasting is a special duty prescribed by God, we learn that any sins may spoil our record of fasting with God, so we go through great lengths making sure we are on our best behavior. Many people who experience fasting in this month, feel the impact that this intense training has on their habits, and realize the power of this transformative tool designed to make us better human beings- the ultimate goal of any spiritual exercise. The entire Ramadan atmosphere provides the driving force for this positive change.
10. It makes us realize the reality of life and death. Fasting makes us realize how dependant our lives are on things that we often take for granted, such as food and water. It makes us think about our dependence on God and God’s mercy and justice. Moreover, it reminds us of the life after death, which itself has a great impact on our character and our world-view.
11. Ramadan is a blessed month for a special reason: It is actually the month in which God first revealed His final message and guidance for mankind to our beloved Prophet Muhammad. This message has been perfectly preserved both orally and textually in the form of a Book, called the Qur’an (The Reading/Recital). Therefore, Muslims try to do an intense study of the Quran in this month especially, and evaluate their lives according to the standards and guidance contained in it.
12. After the month of Ramadan is over, Muslims celebrate one of the two most important holidays in the Islamic year: EID-UL-FITR, or the Festival of the Fast Breaking. It is a day to thank God for the blessing and training that He provides us with throughout the month of Ramadan. EID-UL-FITR is marked by praying in a huge congregation at an Islamic center or mosque, and by giving a small donation to the poor in the community. The adults give the donation on behalf of their children as well. Dinner parties, family outings, fairs, carnivals, and great joyous celebrations follow the prayer and charity. 
In a nutshell, even though the real purpose of the dynamic institution of Fasting is to discipline our soul and moral behavior, and to develop sympathy for the less fortunate, it is a multi-functional and a comprehensive tool of change in various spheres of our lives, including: social and economic, intellectual and humanitarian, spiritual and physical, private and public, personal and common, inner and outer —all in one!

IMAGE AKU SAYANG KAMU


IMAGE HURUF MUNCUL KATA


IMAGE MAHFUDHOT


IMAGE FOTO DI BELAKANG LAYAR


IMAGE ASSALAMU'ALAIKUM


IMAGE DO'A ORANG TUA


HALAMAN

POPULAR POST