Kematian saat dosa
menggunung
oleh Aid Abdullah
al-Qarni
Banyak orang yang ajalnya
datang ketika maksiat mereka menggunung .. entah pembunuhan, zina, khamar,
riba, nyanyian, tidak shalat lima
waktu berjamaah, ataupun tidak peduli pada risalah Rasulullah Shallahu alaihi
wassalam, dan menuntut ilmu.
Laa ilaaha illallah,
betapa lalainya mereka!
Sehabis ditangkap, Sa'id bin
Jubair dibawa menghadap al-Hajja bin Yusuf.
"Siapa namamu?",
tanya Hajjaj mencemooh.
"Sa'id bin Jubair",
ia menyahut.
"Bukan. Nama kamu adalah
si Sial (Syaqi) bin Kusair".
"Ibuku lebih tahu namaku
daripda engkau".
"Celaka kamu .. celaka
pula ibumu," balas Hajjaj, sambil melanjutkan, "Demi Allah, kamu akan
saya masukkan ke dalam api yang menyala-nyala". "Kalau aku tahu, kamu
sanggup melakukannya, pasti engkau sudah kujadikan Tuhan!"
"Bawa sini harta
kekayaan!" Didatangkanlah emas dan perak.
"Hajjaj," kata
Sa'id, "Sekiranya kekayaan ini engkau kumpulkan untuk menyelamatkan dirimu
dari azab yang pedih, alangkah bagusnya.Tapi, bila engkau melakukannya itu
untuk riya dan ingin disebut orang, demi Allah tidak akan ada gunanya di sisi
Allah sedikitpun," tukasnya.
"Bawa ke sini budak
perempuan yang bisa bernyanyi," titah Hajjaj lagi. Sa'id menangis.
"Apakah lagunya enak?" Hajjaj bertanya.
"Demi Allah, bukan! Aku
menangis lantaran ada budak yang diperkerjakan untuk sesuatu yang bukan untuk
ia diciptakan, dan lantaran kayu yang dijadikan alat musik untuk digunakan
bermaksiat kepada Allah!"
"Alihkan dia dari arah
kiblat!" ujar Hajjaj.
وَلِلَّهِ
الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ
Sa'id menyahut dengan
membacakan firman-Nya, "Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah
Allah." (QS. al-Baqarah [2] : 115)
"Banting dia ke
tanah," perintah Hajjaj.
مِنْهَا
خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ
Tapi, Sa'id menjawab, "Darinya
(tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan
kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain."
(QS. Thaha [20] : 55)
"Demi Allah, saya akan
membunuh kamu dengan cara yang tidak pernah digunakan orang," ancam
Hajjaj.
"Hajjaj, engkau boleh
pilih cara sesukamu. Demi Allah, cara apapun yang engkau pilih membunuhku,
niscaya Allah jua akan membunuhmu dengan seperti itu!" ujar Sa'id.
Sebelum dibunuh Sa'id
berdo'a.
"Ya Allah, jangan
biarkan dia menindas siapapun setelah aku mati!"
Kepala Sa'id pun dipenggal
oleh Hajjaj. Hanya beberapa bulan kemudian, Hajjaj meronta-ronta, karena sakit
sampai Allah membinasakannya.
Wahai kaum Muslimin, sebelum
ajal datang, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan:
Pertama, hendaknya kita
senantiasa mengingat kematian setiap waktu. Kita melakukan kelalaian tatkala
kita lupa akan kematian, lupa tentang peristiwa sesudah mati. Kita melalaikan
semua itu dan terperosok ke dalam maksiat, nafsu syahwat, syubhat, dan membuat
Allah SWT marah.
Sampai-sampai sebagian anak
muda, bila diingatkan tentang kematian mereka menjawab, "Biarkan kami
hidup, makan, minum. Jangan rusak kesenangan kami..." Kematian telah
mengeruhkan dunia, sehingga tidak menyisakan secuil kegembiraan pun pada
orang-orang yang berhati nurani.
Ibnu Umar menasihati,
"Bila waktu pagi, jangan tunggu waktu sore. Bila sore, jangan tunggu pagi.
Pergunakan masa sehatmu untuk persiapan sewaktu kamu sakit. Pergunakan hidupmu
untuk persiapan menghadapi kematian."
Wahai kaum Muslimin,
segeralah melakukan taubatannasuha kepada Allah Ta'ala.
قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن
رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah, "Hai
hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Az-Zumar [39] : 53)
Al-A'masy, ahli hadist
kawakan, ditangisi anak-anaknya ketika ajalnya hampir menjemput. Ia pun
berkata, "Janganlah kalian menangisiku! Demi Allah, selama enam puluh
tahun lamanya aku tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram bersama imam,"
tukasnya.
Sa'id Ibnu Musayyib, ketika
sekarat berujar, "Alhamudililah. Selama empat puluh tahun, saya selalu
berada di masjid Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, ketika muazin
mengumandangkan azan."
Mereka mempersiapkan diri
menghadapi kematian dengan cara melakukan amal-amal shalih dan taubatannasuha.
Wallahu'alam.(www.eramuslim.com)