Metode Pengajaran Mufrodat
A. Tujuan Pengajaran Mufrodat
Mufrodat
merupakan salah satu unsur dalam bahasa Arab. Setiap kalimat dalam bahasa Arab
pasti tersusun dari beberapa mufrodat. Jadi, dapat diketahui secara jelas
pengajaran bahwa pengajaran mufrodat bertujuan supaya bisa berkomunikasi dengan
lancar baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
B. Metode dan Teknik Pengajaran Mufrodat
Dalam pembelajaran kosakata (al-mufradât) ada
baiknya dimulai dengan kosakata dasar yang tidak mudah berubah, seperti halnya
istilah kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata kerja pokok serta
beberapa kosakata lain yang mudah untuk dipelajari.
1.
Metode
pengajaran mufradat
Dalam metode pembelajaran mufradat guru harus menyiapkan kosakata
yang tepat bagi siswa-siswanya sehingga dengan mudah dapat dipahaminya, oleh
karena itu guru harus berpegang pada prinsip-prinsip dan kriteria yang jelas.
Metode
yang bisa digunakan dalam pembelajarannya antara lain yaitu metode secara
langsung, metode meniru dan menghafal, metode Aural-Oral Approach,
metode membaca, metode Gramatika-Translation, metode pembelajaran dengan
menggunakan media kartu bergambar dan alat peraga serta pembelajaran dengan
lagu atau menyanyi Arab.
Dalam
salah satu buku juga dijelaskan tentang langkah-langkah penyampaian kosakata :
1)
Menggunakan
metode langsung yaitu seorang guru langsung menggunakan kosakata bahasa Arab sebagai
pengantar, ketika ada salah satu anak didik yang tidak mengerti salah satu
kosakata yang ada dalam percakapan guru tersebut maka, guru mengambil alat
peraga sebagai gambaran
2)
Menggunakan
metode alami. Di mana seorang guru membawa anak didiknya ke salah satu tempat
di sana seorang guru mengenalkan benda-benda yang ada di sekitarnya dengan
menggunakan bahasa Arab.
3) Menggunakan metode percakapan. Guru menyuruh kepada anak
didiknya bercakap-cakap dengan kebiasaan sehari-harinya dengan menggunakan
bahasa Arab. Ketika ada
kesulitan dalam menyampaikan kosakata. Maka seorang guru membantunya.
4) Dengan metode membaca. Dalam hal ini
seorang guru menyuruh kepada anak didiknya membaca suatu teks dan anak didiknya
menanyakan kosakata yang sulit.
5) Dengna metode mendengarkan. Seorang
guru menyuruh kepada anak didiknya untuk mendengarkan teks yang dibaca oleh
gurunya atau temannya ketika anak didik menemukan kosakata yang sulit anak
didik tersebut menanyakannya.
6) Metode menulis seorang guru menyuruh
kepada anak didiknya untuk membuat susunan kata ketika anak didik. menemukan
kosakata yang sulit anak didik tersebut menanyakannya.
2.
Contoh-contoh Metode Pembelajaran Mufradat
a. Pembelajaran mufrodat pada tingkat
dasar
·
Menggunakan nyanyian/lagu dalam pembelajaran bahasa Arab dapat
dibedakan antara bernyanyi sambil belajar dan belajar sambil bernyanyi.
Penggunaan lagu dalam pembelajaran mufradat dapat menghilangkan kejenuhan
belajar, dan dapat memberikan kesenangan kepada pembelajar. Dapat meningkatkan
penguasaan mufradat atau menambah pembendaharaan mufradat.
·
Dengan menampilkan benda atau sampel yang ditunjukkan makna
kata, contoh: pensil atau buku.
·
Mendengarkan dan menirukan bacaan, dan mengulang-ulang
bacaan.
b. Pembelajaran mufrodat pada tingkat
menengah
·
Menggunakan peragaan tubuh. Contoh guru membuka buku dalam
menerangkan kata fathul kitab.
·
Menulis kosakata, yang baru dipelajarinya (dengar, ucap,
paham, baca)
·
Dengan bermain peran.
·
Menyebutkan antonim dan sinonimnya.
·
Menyebutkan kelompok katanya.
·
Menyebutkan kata dasar dan kata bentuknya.
c. Pembelajaran mufradat pada tingkat
lanjut
·
Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
·
Mencari makna kata dalam kamus.
·
Menerjemahkan ke dalam bahasa siswa.
·
Mengurutkan kata.
·
Meletakan kata dalam kalimat.
·
Memilih contoh kata yang baik.
·
Menyusun kalimat.
·
Memberikan harokat pada kata.
3. Teknik pengajaran kosakata (mufradat)
Teknik
yang dapat dilakukan yakni dengan berbagai teknik permainan bahasa, misalnya
dengan perbandingan, memperhatikan susunan huruf, penggunaan kamus dan lainnya.
Mufradat
merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa
asing untuk dapat memperoleh kemahiran berkomunikasi dengan bahasa tersebut.
Savier
(dalam Fries, 1970) menyatakan, "Para pembelajar bahasa tidak bisa
mengenal bahasa melalui kamus". Setiap kata, kalimat atau ungkapan
memiliki tiga level makna, yakni makna leksikal (mu'jamiyah), makna morfologis
(sharfiyah) dan makna sintaksis (jiahwiyah). Ketiga makna tersebut harus
dikenali untuk dapat memahami suatu kalimat atau ungkapan secara sempurna.
4.
Hal-hal yang
harus diperhatikan
·
Pembatasan makna
Suatu kata
dapat mempunyai beberapa makna. Hal ini merupakan kesulitan tersendiri bagi
para pembelajar bahasa asing. Dalam hubungan ini, untuk para pemula, sebaiknya
guru hanya mengajarkan makna yang sesuai dengan konteks saja, agar tidak
memecah perhatian dan ingatan siswa.
·
Kosa kata dalam konteks
Banyak kosakata yang
tidak bisa dipahami secara tepat tanpa mengetahui pemakaiannya dalam kalimat. Kosakata semacam ini haruslah
diajarkan dalam konteks agar tidak mengacaukan pemahaman siswa.
·
Terjemah dalam pengajaran
kosa kata (terjemah ke
dalam bahasa
ibu).
5.
Teknik-teknik
Pengajaran Mufradat.
Ahmad Fuad Effendy menjelaskan lebih rinci tentang
tahapan dan teknik-teknik pembelajaran kosakata (al-Mufradât) atau pengalaman
siswa dalam mengenal dan memperoleh makna kata (al-mufradât), sebagai berikut:
a.
Mendengarkan kata
Ini
merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendengarkan kata yang diucapkan guru atau media lain, baik berdiri sendiri
maupun di dalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu sudah dikuasai oleh
siswa, maka untuk selanjutnya siswa akan mampu mendengarkan secara benar.
b.
Mengucapkan kata
Dalam
tahap ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang
telah didengarnya. Mengucapkan kata baru akan membantu siswa mengingat kata
tersebut dalam waktu yang lebih lama.
c.
Mendapatkan
makna kata
Pada tahap ini guru hendaknya
menghindari terjemahan dalam memberikan arti kata kepada siswa, karena bila hal
itu dilakukan maka tidak akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang
sedang dipelajari, sementara makna kata pun akan cepat dilupakan oleh siswa.
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan oleh guru untuk
menghindari terjemahan dalam memperoleh arti suatu kata, yaitu :
·
Konteks yang menerangkan arti kata-kata
Untuk
menerangkan arti kata عمٌ misalnya, dapat
diberikan konteks : أبي له أخٌ اسمه
أحمد. فأحمد عمّي
·
Pendefinisian
Pemberian definisi untuk menerangkan arti kata ini dapat efektif kalau ungkapan
yang digunakan untuk pendefinisian itu telah dikenal/difahami oleh siswa.
·
Sinonim (murâdif)
·
Antonim (dlid)
·
Gambar
Gambar
merupakan alat bantu pengajaran yang dapat memperjelas makna suatu kata. Di
samping gambar dari benda-benda, gambar itu dapat pula berbentuk diagram.
· Dramatisasi
· Real Objek
Benda–benda yang dapat dibawa kedalam
kelas adalah benda-benda yang efektif untuk menjelaskan. Tetapi benda-benda
yang tidak mungkin dibawa ke kelas cukup membawa tiruannya saja.
d.
Membaca kata
Setelah
melalui tahap mendengar, mengucapkan, dan memahami makna kata-kata (kosakata)
baru, guru menulisnya di papan tulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan
membaca kata tersebut dengan suara keras.
e.
Menulis kata
Penguasaan kosakata siswa akan sangat
terbantu bilamana ia diminta untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya
(dengar, ucap, paham, baca) mengingat karakteristik kata tersebut masih segar
dalam ingatan siswa.
f.
Membuat kalimat
Tahap terakhir dari kegiatan
pembelajaran kosakata adalah menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah
kalimat yang sempurna, baik secara lisan maupun tulisan.
Ada beberapa cara juga yang dapat digunakan guru untuk
menjelaskan makna kosakata (mufradât), yaitu sebagai berikut:
a.
Dengan menampilkan benda atau sampel yang
ditunjukkan oleh makna kata, seperti menampilkan buku, pensil, dan lain
sebagainya.
b.
Dengan peragaan
tubuh, seperti: guru membuka buku ketika menerangkan kata فتح الكتاب
c.
Dengan bermain
peran, seperti: guru yang sedang memerankan orang sakit yang memegangi perut
dan dokter memeriksanya.
d.
Menyebutkan
lawan kata (antonim) dan persamaan katanya (sinonim).
e.
Menyebutkan
kelompok katanya, misalnya: untuk menjelaskan kata عائلة guru bisa menyebutkan kata berikutnya, seperti
زوج، أسرة، أولاد
f.
Menyebutkan
kata dasar sebuah kata dan kata bentuknya.
g.
Menjelaskan
makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
h.
Mengulang-ulang
bacaan.
i.
Mencari makna
dalam kamus.
Menerjemahkan ke dalam bahasa siswa, ini cara
terkhir dan hendaknya guru tidak tergesa-gesa dalam menggunakan cara ini.
6.
Pembelajaran
Mufrodat Akan Terealisasikan Secara Sempurna, jika :
a.
Mengucapkan
mufrodat dengan baik.
b.
Memahami makna
mufrodat.
c.
Menggunakan
mufrodat dalam bentuk bahasa yang benar.
d.
Menggunakan kata
yang sesuai dalam bentuk yang sesuai pula.
e.
Ejaan daan
penulisannya benar.
f.
Mengetahui
metode pengasalan kata mufrodat.
C. Evaluasi Pengajaran Mufrodat
Pada umumnya, evaluasi diartikan sebagai suatu proses
mempertimbangkan suatu hal atau gejala dengan mempergunakan patokan-patokan
tertentu yang bersifat kualitatif, misalnya baik-tidak baik, kuat-lemah,
memadai-tidak memadai, tinggi-rendah, dan sebagainya. Dalam membicarakan tetang evaluasi, tidak bisa lepas
dari pengukuran sebagai bagian integral dari evaluasi dan tes yang merupakan
alat pengukuran sampel pengetahuan yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah
satu bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi. Tes dalam pembelajaran
kosakata dapat dikelompokkan menjadi tes pemahaman dan tes penggunaan.
Tes pemahaman lebih ditekankan pada pengukuran kemampuan
siswa dalam memahami arti kosakata, sedangkan tes penggunaan lebih
dititikberatkan pada kemampuan siswa menggunakan kosakata dalam suatu kalimat.
Khusus untuk tes pemahaman kosakata, indikator kompetensi yang diukur dapat
berupa arti kosakata, padanan kata, antonim kata, sinonim kata, pengertian
kata, dan kelompok kata.
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab hlm. 99
-101