METODE MENERJEMAHKAN BAHASA ARAB


METODE MENERJEMAHKAN BAHASA ARAB
 Tujuan dari belajar asing adalah agar kita memahami arti atau maksud kalimat dalam suatu bacaan atau dalam suatu perkataan.
 Bagaimanakah menerjemahkan teks bahasa arab ke bahasa Indonesia?
 Mempelajari bahasa arab, kendalanya secara garis besar ada tiga, yaitu: 
 1. Tulisannya sendiri adalah tulisan arab bukan latin 
 2. Kaedahnya kalau dibandingkan dengan bahasa inggris   ataupun bahasa jerman ,bahasa arab kaedahnya lebih kompleks. 
3. Kita secara umum sejak kecil tidak ada pembelajaran dalam bahasa arab
 Disebabkan sebagian besar dari kita belajar bahasa arabnya saat sudah dewasa ( setelah sadar pentingnya bahasa arab ) dengan daya serap yang sudah mulai berkurang dibandingkan anak-anak yang masih aktif sekolah, maka dibutuhkan suatu metode atau pendekatan yang efektif yang diharapkan agar kita cepat memahaminya.
 Secara garis besar, ide dari metode ini kalau diuraikan menjadi 4 tahap, yaitu : 
 1. Pecah kalimat menjadi komponen bahasa arab ( kata benda- kata kerja – harf ) 
2. kelompokkan kata yang tidak berubah, karena tidak mempunyai akar kata, sehingga tidak berubah maknanya, maka anda harus menguasainya ( membedakan apakah itu termasuk kata hubung, kata ganti orang, huruf bermakna, dll) 
3. Untuk kata benda dan kata kerja, karena mempunyai akar kata, gunakan salah satu metode pencari akar kata ( contoh : metode granada ) 
4. Buka kamus untuk mencari arti dari kata benda atau kata kerja 
5. Gabungkan potongan kata-kata menjadi arti kalimat secara utuh
  
Tahapan memahami bahasa Arab secara garis untuk memahami bahasa Arab adalah sebagai berikut:
 1. Kuasai komponen bahasa arab ( kata benda, kata kerja, harf) 
2. Kuasai kata-kata yang tidak berubah terkait susunan kata dalam kalimat ( huruf bermakna, kata ganti orang, kata hubung, kata tunjuk). 
3. Gunakan rumus mencari akar kata ( contoh : metode GRANADA) untuk mencari arti kata di dalam kamus bahasa arab-indonesia. 
4. Artikan kalimat secara utuh, berdasarkan arti dari masing-masing potongan kata 
5. Berlatih secara istiqomah, dengan cara terus berlatih dengan menambah kosa kata , dan menerapkan metode penerjemahan 6. Mempelajari kaedah nahwu 
7. Mempelajari kaedah shorof 
8. Belajar membaca tulisan arab gundul Untuk tahap awal, cukup kita konsentrasikan poin 1 sampai poin 5, untuk menambah kosa kata dan memahami cara mudah mengerti arti bahasa arab. Setelah itu baru masuk ke poin 6 sampai 8, agar kita benar-benar mahir berbahasa arab. Dalam beberapa tulisan awal di blog ini, kita mencoba membuat perbandingan istilah dengan bahasa yang sebagian besar orang sudah kuasai yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris. Kaedah standar bahasa arab belum dibahas secara detail, karena kalau dibahas di awal, akan membuat orang sudah terbayang betapa susahnya kaedah bahasa arab. Kita mencoba untuk pembiasaan kosa kata dan memperbanyaknya, serta memahami istilah yang sangat mendasar dalam bahasa arab. Karena semua orang tahu, kuncinya bahasa apapun adalah memperbanyak kosa kata...  

Doa Ketika Sakit Gigi

Doa Ketika Sakit Gigi 
Ketahuilah bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, salah satunya adalah dengan berdoa dengan sungguh-sungguh layaknya bacaan doa sakit gigi sesuai sunnah berikut ini.
 Rasulullah menganjurkan untuk membaca doa berikut ini:
 ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِى تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ. ثَلاَثًا. وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
 “Letakkan tanganmu pada tempat yang sakit dan bacalah Bismillah tiga kali, lalu bacalah “A’uudzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru" (Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari keburukan yang sedang aku rasakan dan yang aku khawatirkan)" (HR. Muslim) Dalam Syarah Hisnul Muslim disebutkan asbabul wurud hadits ini.Suatu hari ada seornag sahabat Nabi SAW yang datang mengeluhkan sakit pada anggota tubuhnya. Ia bernama Utsman bin Al Ash r.a. yang merasakan sakit sejak ia masuk islam. Lalu Rasulullah mengajarkan doa dan cara tersebut: 
 1. Letakkan tangan pada tempat yang sakit 
 2. Baca bismillah tiga kali 
3. Baca doa ini tujuh kali:
 أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ 
Artinya: Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari keburukan yang sedang aku rasakan dan yang aku khawatirkan.

Metode Pembelajaran Qowa'id Bahasa Arab

Metode Pembelajaran Qowa'id Bahasa Arab


A.  Tujuan Pembelajaran Qawa’id
  1. Untuk memelihara lisan dari kesalahan dan memelihara tulisan dari  kekeliruan serta menciptakan kebiasaan berbahasa yang benar. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Ali Ibn Abi Thalib kepada Abul Aswad Ad- Duali untuk menetapkan kaedah- kaedah nahwu agar terpeliharanya bahasa Arab dari kerusakan yang disebabkan oleh bercampurnya dengan orang- orang asing dan terpengaruh oleh dialek mereka.
  2. Memahami posisi kata, sehingga membantu mengantarkan kepada pemahaman yang baik terhadap makna kata tersebut.
  3. Mengasah otak, menajamkan perasaan dan menumbuhkan perbendaharaan bahasa siswa.
  4. Membiasakan siswa mampu melihat dengan jeli, berfikir rasional dan sistematis, melatih mengambil kesimpulan, menggunakan teori, agumentasi yang mengantarkan siswa mengikuti pola induktif dalam pembelajaran qawa’id.
  5. Mengetahui dengan mudah kesalahan yang terdapat pada suatu kalimat, dengan merujuk pada standar kaedah yang dipelajari, karena kaedah bahasa merupakan ilmu standar yang menjauhkan siswa dari kesalahan dan mengingatkan ketika terjadi kesalahan.
 
B. Metode Pengajaran Qowa’id Bahasa Arab
Metode pengajaran qowa’id terbagi dua, yaitu:
1.      Metode pengajaran struktur bahasa
Dalam pengajaran  struktur bahasa terdapat beberapa metode, yaitu:
a.    طريقة الموقفية أو السياقية (Metode Situasional)
Inilah sebenarnya metode paling menyenangkan bagi murid-murid, optimasi pencapaian hasil yang amat meyakinkan. Karena bahan (pelajaran) judul yang akan diberikan  guru selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi para murid. Artinya, materi pelajaran atau pokok bahasan yang hendak disajikan selalu dipilih yang seang aktual dibicarakan atau dipilih untuk disajikan.
Namun, dalam metode ini siswa dituntut untuk menguasai struktur bahasa sebelum dia mampu menyampaikankannya secara lisan. Oleh karena itu, guru juga perlu mengetahui tentang situasi-kondisi daerah sekitar tempat ia mengajar, berita-berita apa yang tengah hangat pada saat guru akan masuk kelas untuk mengajar bahasa asing. Atau hal-hal apa yang sedang menjadi percakapan ramai dikalangan murid-murid atau hal-hal yang sedang menjadi pusat perhatian bersama, topik itulah yang diambil sebagai pokok-pokok bahan-bahan pelajaran serta  memperkaya pembendaharaan kata-kata tentang itu.
Kemudian, dalam metode ini juga dijelaskan bahwa hiwar antara dua orang itu merupkan suatu hal yang sangat pokok. Karena dengan memperhatikan hiwar, siswa tidak hanya memperhatikan struktur bahasa mereka juga dapat memperhatikan perbedaan-perbedaan dalam bahasa.
Adapun kekurangan dalam metode ini adalah guru tidak dapat mengajarkan kaidah nahwu secara sistematis. Karena pada metode ini siswa hanya dituntut untuk memperhatikan struktur bahasa yang terdapat dalam percakapan.
b.    طريقة السّمعية الشفوية (Metode Dengar Ucap)
Persiapan yang dilakukan untuk menciptakan suasana bahasa secara otomatis. Yaitu: 
1)   Bahasa asing merupakan bahasa yang lebih diutamakan dari pada menggunakan bahasa ibu.
2)   menghafal kaidah-kaidah qawa’id yang akan diajarkan.
3)   Penganalogian kalimat merupakan hal yang utama dibandingkan menganalisi kalimat dalam membuat kalimat baru.
Adapun langkah-langlah dalam metode ini adalah sebagai berikut.
1)        Siswa menyimak kisah sederhana atau percakapan atau contoh kalimat yang diberikan oleh guru.
2)        Siswa mengulangi apa yang diucapkan guru baik secara kelompok maupun individu.
3)        Mengulangi sebagian kalimat-kalimat yang terdapat /yang memuat susunan-susunan bahasa yang dimaksud sehingga siswwa mapu menguasainya.
4)        Siswa menyimak yang kedua kalinya tentang kisah sederhana atau percakapan atau contoh kalimat yang disapaikan oleh guru.
5)        Guru memberikan beberapa soal kepada siswa kemudian siswa mampu mengulangi pertanyaan yang diajukan guru.
6)        Siswa menjawab pertanyaan satu persatu dengan menggunakan kalimat-kalimat yang terdapat dalam kisah sedehana atau percakapan.
7)        Guru menuliskan beberapa kalimat yang terdapat susunan yang diharapkan dengan menggunakan kosa kata yang lain.
8)        Setelah penyampaian materi selesai diadakan evaluasi untuk memantapkan kemampuan mereka dalam menguasai materi yang telah disampaikan.
c.       طريقة الشح النحوي (Metode Penjelasan Nahwiyah)
Metode ini berlandaskan terhadap teori-teori yang mendalam tentang strktur bahasa yang dapat membantu siswa dalam memperbanyak pengalaman dalam berbahasa.
Metode ini berbeda dengan metode yang sebelumnya. Karena metode ini mengandung upaya-upaya yang sistematis dalam penyampaian kaidah bahasa sehingga guru memiliki pengetahuan lebih banyak tentang  penjelasan-penjelasan kaidah bahasa.
2.      Metode pengajaran struktur bahasa, teknik dan tatcaranya
a.    طريقة القياسية (Metode Analogi)     
Cara mengajar dengan metode ini  diawali oleh guru dengan menyebutkan kaidah nahwu yang ingin mengajarkan dengan memberi contoh-contoh pemberian contoh tersebut disesuaikan dengan topik/muatan materi dan tingkat kemampuan siswa cara seperti ini lebih dianjurkan pada siswa tingkat mutawashith dan mutaqaddim
Metode qiyas atau deduktif (analogi) adalah metode (cara) mengajarkan nahwu yang dimulai dengan pemaparan kaidah-kaidah lalu diikuti dengan pemberian contoh-contoh. Metode ini termasuk metode yang tertua dalam pengajaran ilmunahwu, meskipun metode ini sudah lama tetapi masih dipergunakan dalam pengajaran bahasa Arab dan Departemen Pendidikan di negara Arab. Metode deduktif bentuk-bentuk kata dan pola-pola kalimat diambil dari bahan bacaan, dan diuraikan segi-segi tata bahasa baik mengenai sharaf maupun nahwu.
Metode al-Qiyas (deduktif) adalah cara mengajarkan nahwu yang terlebih dahulu guru memaparkan kaidah-kaidah kepada anak didiknya kemudian disusul dengan pemberian contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang diambil dari bahan bacaan.
Tehnik penyajian metode al-qiyas (deduktif) dapat dilihat sebagai berikut:
1)   Pemaparan kaidah-kaidah, yaitu guru menuliskan di papan tulis dengan terang dan jelas kemudian guru membacanya dan diikuti oleh para siswa dan secara berulang-ulang dan akhirnya para siswa dapat menghafalnya dan memahaminya.
2)   Pemaparan contoh-contoh, yakni guru menjelaskan posisi kaidah-kaidah yang terdapat contoh-contoh sehingga siswa dapat memahaminya, kemudian guru mengadakan tanya jawab dengan para siswa, setelah jam pelajaran akan berakhir guru memberikan tugas-tugas kepada para siswa untuk diselesaikan di rumah di luar jam pelajaran yang telah ditentukan, baik dalam bentuk tugas mandiri maupun kelompok.
Dalam penggunan metode ini terdapat kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan.
Kelebihannya adalah siswa dapat memahami kaidah-kaidah melalui contoh-contoh yang telah dijelaskan oleh guru pada jam pelajaran, sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas-tugasnya di luar jam pelajaran.
Kelemahannya adalah siswa dibebani penghafalan kaidah-kaidah tanpa menguasai perbendaharaan kosa kata dan guru terbebani kaidah-kaidah yang harus dituliskan di papan tulis.
b.    طريقة الإستقرائية (Metode Induktif)
Metode istiqra’i disebut juga metode induktif atau metode Herbert karena dia menggunakan metode ini. Metode ini mulai dipergunakan di sekolah-sekolah negara Arab ketika delegasi Arab dari Eropa kembali ke negara mereka pada awal abad ke XX.
Dalam proses belajar mengajar metode ini dimulai dari pemaparan contoh-contoh dengan memperbanyak latihan-latihan yang dimulai dari bahagian (juz’i) untuk sampai kepada generalisasi atau kaidah-kaidah yang umum. Pendukung metode ini berpendapat bahwa metode inilah yang paling alamiah yang dilalui oleh pemikiran untuk sampai kepada pengetahuannya dan membuka tabir yang terselubung dan menjelaskan hal-hal yang kabur, dan metode ini guru sebagai penuntun atau supervisor.Dan sikap para siswa sangat positif karena mereka berusaha sendiri untuk memahami kaidah-kaidah yang terdapat dalam contoh-contoh tersebut dan siswalah yang melaksanakan praktek bahasa.
Metode penyajian metode istigra’i (induktif) adalah:
1)   Tehnik penyajian I: yakni dengan pemaparan contoh-contoh kemudian kaidah-kaidah. Pemaparan ini disebut juga pemaparan contoh-contoh yang bervariasi atau contoh yang beragam, cara pemaparan contoh yang berlainan disebabkan karena terkadang contoh-contoh yang dipaparkan sangat bervariasi dan tidak ada kaitannya dengan contoh yang lain.
Berkaitan dengan keterangan tersebut di atas, maka metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.Kelebihan, yaitu guru kelas dapat memilih contoh-contoh yang mudah dan membantu guru dalam proses belajar mengajar dan mempermudah serta mempercepat pemahaman para siswa terhadap kaidah-kaidah karena mereka telah memahaminya melaui contoh-contoh yang telah dijelaskan. Sedangkan kelemahannya adalah dalam penyajian materi banyak dijumpai siswa yang lari pada jam pelajaran, karena siswa menganggap proses belajar mengajar tidak tepat dan sulit untuk diketahui dan dipahami karena pemberian contoh-contoh yang bervariasi dan beragam dan tidak berkaitan antara satu dengan yang lain.
2)   Tehnik II: yaitu metode pemaparan teks (nas) kemudian contoh-contoh disusul dengan kaidah-kaidah nahwu.
Metode pemaparan teks (nas) ini disebut juga metode uslub-uslub atau metode teks (nas) yang sudah terkorelasi semuanya. Dengan judul-judul yang terambil dari bahan sejarah, kesusasteraan Arab, surat kabar harian atau majalah mingguan, bulanan yang khususnya membicarakan tema-tema aktual yang sedang terjadi, di depan mata siswa dan didengarnya secara langsung.
Metode ini dalam proses belajar mengajar mempunyai tehnik-tehnik penyajian antara lain sebagai berikut:
1). Guru menerangkan dan menjelaskan teks-teks bacaan tersebut dan mengeluarkan contoh-contoh yang difokuskan pada materi nahwu dan menjelaskan kaidah-kaidah yang terdapat dalam bacaan tersebut.
2). Hendaknya para siswa banyak mengajukan pertanyaan pada guru agar dapat menyelesaikan teks-teks bacaan yang ada.
Kelebihan metode ini adalah siswa merasakan korelasi atau hubungan yang kuat dengan bahasa Arab yang sedang dipelajarinya dan mampu membandingkan ciri-ciri khusus i’rab dalam teks-teks bacaaan lain. Sekaligus sebagai pendorong bagi siswa untuk mencintai dan memahami ilmu nahwu, sehingga menghasilkan cara menta’bir yang benar yang menjadikan siswa semakin mantap dalam memahami bahasa Arab.
Kelamahannya adalah guru dibebani membuat bagian satuan pelajaran dan tidak memperlihatkan ushlub-ushlub, bahkan apa yang dianggapnya baik dari semula, dan terkadang para guru terpaksa memperpanjang bagan-bagan tersebut sampai mampu memaparkan contoh seluruh aspek qawaid/kaidah-kaidah dan bahagian-bahagiannya.
C.  Kelebihan Dan Kekurangan Pengajaran Qowa’id
1.    Kelebihan pengajaran Qawa’id
Kelebihan pengajaran Qawa’id ini antara lain, adalah:
a.    Siswa terbiasa menghafal kaidah-kaidah tata bahasa arab yang sangat diperlukan untuk mampu bercakap-cakap dalam bahasa arab yang benar dan mampu menulis dengan betul.
b.    Melatih mental disiplin dan ulet dalam mempelajari bahasa.
c.    Bagi guru terlalu sulit menerangkan metode ini, karena kemampuan kecakapan tidak diutamakan, dengan kata lain guru asalkan ia menguasai gramatika ( tata bahasa) yang baik, pengajaran dapat dilaksanakan.
2.    Kekurangan Pengajaran Qowa’id
Kekurangan pengajaran Qowa’id, adalah :
a.    Secara didaktis dan psikologi pengajaran ini bertentangan dengan kenyataan, pengetahuan bahasa seseorang tidaklah didahului dengan pengajaran tata bahasa terlebih dahulu. Tapi melalui peniruan ucapan atau percakapan.
b.    Penguasaan tata bahasa tidak dengan sendirinya menguasai percakapan.
Membosankan atau jenuh terutama apabila guru tidak dapat menyajikan pelajaran secara baik dan menarik bagi siswa.

Metode Pengajaran Mufrodat

Metode Pengajaran Mufrodat
A.    Tujuan Pengajaran Mufrodat
Mufrodat merupakan salah satu unsur dalam bahasa Arab. Setiap kalimat dalam bahasa Arab pasti tersusun dari beberapa mufrodat. Jadi, dapat diketahui secara jelas pengajaran bahwa pengajaran mufrodat bertujuan supaya bisa berkomunikasi dengan lancar baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
B.     Metode dan Teknik Pengajaran Mufrodat
Dalam pembelajaran kosakata (al-mufradât) ada baiknya dimulai dengan kosakata dasar yang tidak mudah berubah, seperti halnya istilah kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata kerja pokok serta beberapa kosakata lain yang mudah untuk dipelajari.

1.        Metode pengajaran mufradat
Dalam metode pembelajaran mufradat guru harus menyiapkan kosakata yang tepat bagi siswa-siswanya sehingga dengan mudah dapat dipahaminya, oleh karena itu guru harus berpegang pada prinsip-prinsip dan kriteria yang jelas.
Metode yang bisa digunakan dalam pembelajarannya antara lain yaitu metode secara langsung, metode meniru dan menghafal, metode Aural-Oral Approach, metode membaca, metode Gramatika-Translation, metode pembelajaran dengan menggunakan media kartu bergambar dan alat peraga serta pembelajaran dengan lagu atau menyanyi Arab.
Dalam salah satu buku juga dijelaskan tentang langkah-langkah penyampaian kosakata :
1)      Menggunakan metode langsung yaitu seorang guru langsung menggunakan kosakata bahasa Arab sebagai pengantar, ketika ada salah satu anak didik yang tidak mengerti salah satu kosakata yang ada dalam percakapan guru tersebut maka, guru mengambil alat peraga sebagai gambaran
2)      Menggunakan metode alami. Di mana seorang guru membawa anak didiknya ke salah satu tempat di sana seorang guru mengenalkan benda-benda yang ada di sekitarnya dengan menggunakan bahasa Arab.
3)      Menggunakan metode percakapan. Guru menyuruh kepada anak didiknya bercakap-cakap dengan kebiasaan sehari-harinya dengan menggunakan bahasa Arab. Ketika ada kesulitan dalam menyampaikan kosakata. Maka seorang guru membantunya.
4)      Dengan metode membaca. Dalam hal ini seorang guru menyuruh kepada anak didiknya membaca suatu teks dan anak didiknya menanyakan kosakata yang sulit.
5)      Dengna metode mendengarkan. Seorang guru menyuruh kepada anak didiknya untuk mendengarkan teks yang dibaca oleh gurunya atau temannya ketika anak didik menemukan kosakata yang sulit anak didik tersebut menanyakannya.
6)      Metode menulis seorang guru menyuruh kepada anak didiknya untuk membuat susunan kata ketika anak didik. menemukan kosakata yang sulit anak didik tersebut menanyakannya.
2.   Contoh-contoh Metode Pembelajaran Mufradat[1]
a.    Pembelajaran mufrodat pada tingkat dasar
·         Menggunakan nyanyian/lagu dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dibedakan antara bernyanyi sambil belajar dan belajar sambil bernyanyi. Penggunaan lagu dalam pembelajaran mufradat dapat menghilangkan kejenuhan belajar, dan dapat memberikan kesenangan kepada pembelajar. Dapat meningkatkan penguasaan mufradat atau menambah pembendaharaan mufradat.
·         Dengan menampilkan benda atau sampel yang ditunjukkan makna kata, contoh: pensil atau buku.
·         Mendengarkan dan menirukan bacaan, dan mengulang-ulang bacaan.
b.   Pembelajaran mufrodat pada tingkat menengah
·         Menggunakan peragaan tubuh. Contoh guru membuka buku dalam menerangkan kata fathul kitab.
·         Menulis kosakata, yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca)
·         Dengan bermain peran.
·         Menyebutkan antonim dan sinonimnya.
·         Menyebutkan kelompok katanya.
·         Menyebutkan kata dasar dan kata bentuknya.
c.    Pembelajaran mufradat pada tingkat lanjut
·         Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
·         Mencari makna kata dalam kamus.
·         Menerjemahkan ke dalam bahasa siswa.
·         Mengurutkan kata.
·         Meletakan kata dalam kalimat.
·         Memilih contoh kata yang baik.
·         Menyusun kalimat.
·         Memberikan harokat pada kata.
3.   Teknik pengajaran kosakata (mufradat)
Teknik yang dapat dilakukan yakni dengan berbagai teknik permainan bahasa, misalnya dengan perbandingan, memperhatikan susunan huruf, penggunaan kamus dan lainnya.
Mufradat merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa asing untuk dapat memperoleh kemahiran berkomunikasi dengan bahasa tersebut.
Savier (dalam Fries, 1970) menyatakan, "Para pembelajar bahasa tidak bisa mengenal bahasa melalui kamus". Setiap kata, kalimat atau ungkapan memiliki tiga level makna, yakni makna leksikal (mu'jamiyah), makna morfologis (sharfiyah) dan makna sintaksis (jiahwiyah). Ketiga makna tersebut harus dikenali untuk dapat memahami suatu kalimat atau ungkapan secara sempurna.
4.   Hal-hal yang harus diperhatikan
·      Pembatasan makna
Suatu kata dapat mempunyai beberapa makna. Hal ini merupakan kesulitan tersendiri bagi para pembelajar bahasa asing. Dalam hubungan ini, untuk para pemula, sebaiknya guru hanya mengajarkan makna yang sesuai dengan konteks saja, agar tidak memecah perhatian dan ingatan siswa.
·      Kosa kata dalam konteks
Banyak kosakata yang tidak bisa dipahami secara tepat tanpa mengetahui pemakaiannya dalam kalimat. Kosakata semacam ini haruslah diajarkan dalam konteks agar tidak mengacaukan pemahaman siswa.
·      Terjemah dalam pengajaran kosa kata (terjemah ke dalam bahasa ibu).
5.   Teknik-teknik Pengajaran Mufradat.
Ahmad Fuad Effendy menjelaskan lebih rinci tentang tahapan dan teknik-teknik pembelajaran kosakata (al-Mufradât) atau pengalaman siswa dalam mengenal dan memperoleh makna kata (al-mufradât), sebagai berikut:[2]
a.       Mendengarkan kata
Ini merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata yang diucapkan guru atau media lain, baik berdiri sendiri maupun di dalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu sudah dikuasai oleh siswa, maka untuk selanjutnya siswa akan mampu mendengarkan secara benar.
b.      Mengucapkan kata
Dalam tahap ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengarnya. Mengucapkan kata baru akan membantu siswa mengingat kata tersebut dalam waktu yang lebih lama.
c.       Mendapatkan makna kata
Pada tahap ini guru hendaknya menghindari terjemahan dalam memberikan arti kata kepada siswa, karena bila hal itu dilakukan maka tidak akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara makna kata pun akan cepat dilupakan oleh siswa.
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan oleh guru untuk menghindari terjemahan dalam memperoleh arti suatu kata, yaitu :
·      Konteks yang menerangkan arti kata-kata
Untuk menerangkan arti kata عمٌ misalnya, dapat diberikan konteks : أبي له أخٌ اسمه أحمد. فأحمد عمّي
·      Pendefinisian
Pemberian definisi untuk menerangkan arti kata ini dapat efektif kalau ungkapan yang digunakan untuk pendefinisian itu telah dikenal/difahami oleh siswa.
·      Sinonim (murâdif)
·      Antonim (dlid)
·      Gambar
Gambar merupakan alat bantu pengajaran yang dapat memperjelas makna suatu kata. Di samping gambar dari benda-benda, gambar itu dapat pula berbentuk diagram.
·      Dramatisasi
·      Real Objek
Benda–benda yang dapat dibawa kedalam kelas adalah benda-benda yang efektif untuk menjelaskan. Tetapi benda-benda yang tidak mungkin dibawa ke kelas cukup membawa tiruannya saja.
d.      Membaca kata
Setelah melalui tahap mendengar, mengucapkan, dan memahami makna kata-kata (kosakata) baru, guru menulisnya di papan tulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan membaca kata tersebut dengan suara keras.
e.       Menulis kata
Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca) mengingat karakteristik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa.
f.       Membuat kalimat
Tahap terakhir dari kegiatan pembelajaran kosakata adalah menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, baik secara lisan maupun tulisan.
Ada beberapa cara juga yang dapat digunakan guru untuk menjelaskan makna kosakata (mufradât), yaitu sebagai berikut:
a.    Dengan menampilkan benda atau sampel yang ditunjukkan oleh makna kata, seperti menampilkan buku, pensil, dan lain sebagainya.
b.    Dengan peragaan tubuh, seperti: guru membuka buku ketika menerangkan kata فتح الكتاب
c.    Dengan bermain peran, seperti: guru yang sedang memerankan orang sakit yang memegangi perut dan dokter memeriksanya.
d.   Menyebutkan lawan kata (antonim) dan persamaan katanya (sinonim).
e.    Menyebutkan kelompok katanya, misalnya: untuk menjelaskan kata عائلة  guru bisa menyebutkan kata berikutnya, seperti زوج، أسرة، أولاد
f.     Menyebutkan kata dasar sebuah kata dan kata bentuknya.
g.    Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
h.    Mengulang-ulang bacaan.
i.      Mencari makna dalam kamus.
Menerjemahkan ke dalam bahasa siswa, ini cara terkhir dan hendaknya guru tidak tergesa-gesa dalam menggunakan cara ini.
6.   Pembelajaran Mufrodat Akan Terealisasikan Secara Sempurna, jika :
a.       Mengucapkan mufrodat dengan baik.
b.      Memahami makna mufrodat.
c.       Menggunakan mufrodat dalam bentuk bahasa yang benar.
d.      Menggunakan kata yang sesuai dalam bentuk yang sesuai pula.
e.       Ejaan daan penulisannya benar.
f.       Mengetahui metode pengasalan kata mufrodat.
C.    Evaluasi Pengajaran Mufrodat
Pada umumnya, evaluasi diartikan sebagai suatu proses mempertimbangkan suatu hal atau gejala dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu yang bersifat kualitatif, misalnya baik-tidak baik, kuat-lemah, memadai-tidak memadai, tinggi-rendah, dan sebagainya. Dalam membicarakan tetang evaluasi, tidak bisa lepas dari pengukuran sebagai bagian integral dari evaluasi dan tes yang merupakan alat pengukuran sampel pengetahuan yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi. Tes dalam pembelajaran kosakata dapat dikelompokkan menjadi tes pemahaman dan tes penggunaan.
Tes pemahaman lebih ditekankan pada pengukuran kemampuan siswa dalam memahami arti kosakata, sedangkan tes penggunaan lebih dititikberatkan pada kemampuan siswa menggunakan kosakata dalam suatu kalimat. Khusus untuk tes pemahaman kosakata, indikator kompetensi yang diukur dapat berupa arti kosakata, padanan kata, antonim kata, sinonim kata, pengertian kata, dan kelompok kata.


[1] http://Metode.multiply.com/journal/item/Metode-Pembelajaran-Mufradat/24
[2] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab hlm. 99 -101

HALAMAN

POPULAR POST