Metode Pembelajaran Qowa'id Bahasa Arab
A.
Tujuan Pembelajaran Qawa’id
- Untuk memelihara lisan dari kesalahan dan memelihara tulisan dari kekeliruan serta menciptakan kebiasaan berbahasa yang benar. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Ali Ibn Abi Thalib kepada Abul Aswad Ad- Duali untuk menetapkan kaedah- kaedah nahwu agar terpeliharanya bahasa Arab dari kerusakan yang disebabkan oleh bercampurnya dengan orang- orang asing dan terpengaruh oleh dialek mereka.
- Memahami posisi kata, sehingga membantu mengantarkan kepada pemahaman yang baik terhadap makna kata tersebut.
- Mengasah otak, menajamkan perasaan dan menumbuhkan perbendaharaan bahasa siswa.
- Membiasakan siswa mampu melihat dengan jeli, berfikir rasional dan sistematis, melatih mengambil kesimpulan, menggunakan teori, agumentasi yang mengantarkan siswa mengikuti pola induktif dalam pembelajaran qawa’id.
- Mengetahui dengan mudah kesalahan yang terdapat pada suatu kalimat, dengan merujuk pada standar kaedah yang dipelajari, karena kaedah bahasa merupakan ilmu standar yang menjauhkan siswa dari kesalahan dan mengingatkan ketika terjadi kesalahan.
B. Metode Pengajaran Qowa’id Bahasa Arab
Metode pengajaran qowa’id terbagi dua, yaitu:
1.
Metode pengajaran struktur bahasa
Dalam pengajaran
struktur bahasa terdapat beberapa metode, yaitu:
a.
طريقة الموقفية أو السياقية (Metode Situasional)
Inilah
sebenarnya metode paling menyenangkan bagi murid-murid, optimasi pencapaian hasil
yang amat meyakinkan. Karena bahan (pelajaran) judul yang akan diberikan guru selalu disesuaikan dengan situasi dan
kondisi para murid. Artinya, materi pelajaran atau pokok bahasan yang hendak disajikan
selalu dipilih yang seang aktual dibicarakan atau dipilih untuk disajikan.
Namun,
dalam metode ini siswa dituntut untuk menguasai struktur bahasa sebelum dia
mampu menyampaikankannya secara lisan. Oleh karena itu, guru juga perlu
mengetahui tentang situasi-kondisi daerah sekitar tempat ia mengajar, berita-berita
apa yang tengah hangat pada saat guru akan masuk kelas untuk mengajar bahasa
asing. Atau hal-hal apa yang sedang menjadi percakapan ramai dikalangan
murid-murid atau hal-hal yang sedang menjadi pusat perhatian bersama, topik
itulah yang diambil sebagai pokok-pokok bahan-bahan pelajaran serta memperkaya pembendaharaan kata-kata tentang
itu.
Kemudian,
dalam metode ini juga dijelaskan bahwa hiwar antara dua orang itu merupkan
suatu hal yang sangat pokok. Karena dengan memperhatikan hiwar, siswa tidak
hanya memperhatikan struktur bahasa mereka juga dapat memperhatikan
perbedaan-perbedaan dalam bahasa.
Adapun
kekurangan dalam metode ini adalah guru tidak dapat mengajarkan kaidah nahwu
secara sistematis. Karena pada metode ini siswa hanya dituntut untuk
memperhatikan struktur bahasa yang terdapat dalam percakapan.
b.
طريقة السّمعية الشفوية (Metode Dengar Ucap)
Persiapan yang dilakukan untuk menciptakan suasana bahasa
secara otomatis. Yaitu:
1)
Bahasa asing merupakan bahasa yang lebih diutamakan dari
pada menggunakan bahasa ibu.
2)
menghafal kaidah-kaidah qawa’id yang akan diajarkan.
3)
Penganalogian kalimat merupakan hal yang utama dibandingkan
menganalisi kalimat dalam membuat kalimat baru.
Adapun langkah-langlah dalam metode ini adalah sebagai
berikut.
1)
Siswa menyimak kisah sederhana atau percakapan atau contoh
kalimat yang diberikan oleh guru.
2)
Siswa mengulangi apa yang diucapkan guru baik secara
kelompok maupun individu.
3)
Mengulangi sebagian kalimat-kalimat yang terdapat /yang
memuat susunan-susunan bahasa yang dimaksud sehingga siswwa mapu menguasainya.
4)
Siswa menyimak yang kedua kalinya tentang kisah sederhana
atau percakapan atau contoh kalimat yang disapaikan oleh guru.
5)
Guru memberikan beberapa soal kepada siswa kemudian siswa
mampu mengulangi pertanyaan yang diajukan guru.
6)
Siswa menjawab pertanyaan satu persatu dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang terdapat dalam kisah sedehana atau percakapan.
7)
Guru menuliskan beberapa kalimat yang terdapat susunan yang
diharapkan dengan menggunakan kosa kata yang lain.
8)
Setelah penyampaian materi selesai diadakan evaluasi untuk
memantapkan kemampuan mereka dalam menguasai materi yang telah disampaikan.
c.
طريقة الشح النحوي (Metode Penjelasan
Nahwiyah)
Metode ini berlandaskan terhadap
teori-teori yang mendalam tentang strktur bahasa yang dapat membantu siswa
dalam memperbanyak pengalaman dalam berbahasa.
Metode ini berbeda dengan metode yang
sebelumnya. Karena metode ini mengandung upaya-upaya yang sistematis dalam
penyampaian kaidah bahasa sehingga guru memiliki pengetahuan lebih banyak
tentang penjelasan-penjelasan kaidah
bahasa.
2.
Metode pengajaran struktur bahasa, teknik dan tatcaranya
a. طريقة
القياسية (Metode Analogi)
Cara mengajar dengan metode ini
diawali oleh guru dengan menyebutkan kaidah nahwu yang ingin mengajarkan dengan
memberi contoh-contoh pemberian contoh tersebut disesuaikan dengan topik/muatan
materi dan tingkat kemampuan siswa cara seperti ini lebih dianjurkan pada siswa
tingkat mutawashith dan mutaqaddim
Metode qiyas atau deduktif (analogi) adalah metode
(cara) mengajarkan nahwu yang dimulai dengan pemaparan kaidah-kaidah
lalu diikuti dengan pemberian contoh-contoh. Metode ini termasuk metode yang
tertua dalam pengajaran ilmunahwu, meskipun metode ini sudah lama tetapi masih
dipergunakan dalam pengajaran bahasa Arab dan Departemen Pendidikan di negara
Arab. Metode deduktif bentuk-bentuk kata dan pola-pola kalimat diambil dari
bahan bacaan, dan diuraikan segi-segi tata bahasa baik mengenai sharaf maupun nahwu.
Metode al-Qiyas (deduktif) adalah cara mengajarkan nahwu
yang terlebih dahulu guru memaparkan kaidah-kaidah kepada anak didiknya
kemudian disusul dengan pemberian contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang
diambil dari bahan bacaan.
Tehnik penyajian metode al-qiyas (deduktif) dapat
dilihat sebagai berikut:
1)
Pemaparan kaidah-kaidah, yaitu guru menuliskan di
papan tulis dengan terang dan jelas kemudian guru membacanya dan diikuti oleh
para siswa dan secara berulang-ulang dan akhirnya para siswa dapat menghafalnya
dan memahaminya.
2)
Pemaparan contoh-contoh, yakni guru menjelaskan posisi
kaidah-kaidah yang terdapat contoh-contoh sehingga siswa dapat memahaminya,
kemudian guru mengadakan tanya jawab dengan para siswa, setelah jam pelajaran
akan berakhir guru memberikan tugas-tugas kepada para siswa untuk diselesaikan
di rumah di luar jam pelajaran yang telah ditentukan, baik dalam bentuk tugas
mandiri maupun kelompok.
Dalam penggunan metode ini terdapat
kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan.
Kelebihannya adalah siswa dapat memahami
kaidah-kaidah melalui contoh-contoh yang telah dijelaskan oleh guru pada jam
pelajaran, sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas-tugasnya di luar jam
pelajaran.
Kelemahannya adalah siswa dibebani penghafalan
kaidah-kaidah tanpa menguasai perbendaharaan kosa kata dan guru terbebani
kaidah-kaidah yang harus dituliskan di papan tulis.
b.
طريقة الإستقرائية
(Metode Induktif)
Metode istiqra’i disebut juga metode induktif atau
metode Herbert karena dia menggunakan metode ini. Metode ini mulai
dipergunakan di sekolah-sekolah negara Arab ketika delegasi Arab dari Eropa
kembali ke negara mereka pada awal abad ke XX.
Dalam proses belajar mengajar metode ini dimulai dari
pemaparan contoh-contoh dengan memperbanyak latihan-latihan yang dimulai dari
bahagian (juz’i) untuk sampai kepada generalisasi atau kaidah-kaidah yang umum.
Pendukung metode ini berpendapat bahwa metode inilah yang paling alamiah yang
dilalui oleh pemikiran untuk sampai kepada pengetahuannya dan membuka tabir
yang terselubung dan menjelaskan hal-hal yang kabur, dan metode ini guru
sebagai penuntun atau supervisor.Dan sikap para siswa sangat positif karena
mereka berusaha sendiri untuk memahami kaidah-kaidah yang terdapat dalam
contoh-contoh tersebut dan siswalah yang melaksanakan praktek bahasa.
Metode penyajian metode istigra’i (induktif) adalah:
1)
Tehnik penyajian I: yakni dengan pemaparan
contoh-contoh kemudian kaidah-kaidah. Pemaparan ini disebut juga pemaparan
contoh-contoh yang bervariasi atau contoh yang beragam, cara pemaparan contoh
yang berlainan disebabkan karena terkadang contoh-contoh yang dipaparkan sangat
bervariasi dan tidak ada kaitannya dengan contoh yang lain.
Berkaitan dengan keterangan tersebut di atas, maka
metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.Kelebihan, yaitu guru
kelas dapat memilih contoh-contoh yang mudah dan membantu guru dalam proses
belajar mengajar dan mempermudah serta mempercepat pemahaman para siswa
terhadap kaidah-kaidah karena mereka telah memahaminya melaui contoh-contoh
yang telah dijelaskan. Sedangkan kelemahannya adalah dalam penyajian materi
banyak dijumpai siswa yang lari pada jam pelajaran, karena siswa menganggap
proses belajar mengajar tidak tepat dan sulit untuk diketahui dan dipahami
karena pemberian contoh-contoh yang bervariasi dan beragam dan tidak berkaitan
antara satu dengan yang lain.
2)
Tehnik II: yaitu metode pemaparan teks (nas) kemudian
contoh-contoh disusul dengan kaidah-kaidah nahwu.
Metode
pemaparan teks (nas) ini disebut juga metode uslub-uslub atau metode teks (nas)
yang sudah terkorelasi semuanya. Dengan judul-judul yang terambil dari bahan sejarah, kesusasteraan Arab, surat kabar harian atau majalah
mingguan, bulanan yang khususnya membicarakan tema-tema aktual yang sedang
terjadi, di depan mata siswa dan didengarnya secara langsung.
Metode ini dalam proses belajar mengajar mempunyai
tehnik-tehnik penyajian antara lain sebagai berikut:
1). Guru menerangkan dan menjelaskan
teks-teks bacaan tersebut dan mengeluarkan contoh-contoh yang difokuskan pada
materi nahwu dan menjelaskan kaidah-kaidah yang terdapat dalam bacaan
tersebut.
2). Hendaknya para siswa banyak
mengajukan pertanyaan pada guru agar dapat menyelesaikan teks-teks bacaan yang
ada.
Kelebihan
metode ini adalah siswa merasakan korelasi atau hubungan yang kuat dengan
bahasa Arab yang sedang dipelajarinya dan mampu membandingkan ciri-ciri khusus i’rab
dalam teks-teks bacaaan lain. Sekaligus sebagai pendorong bagi siswa untuk
mencintai dan memahami ilmu nahwu, sehingga menghasilkan cara menta’bir
yang benar yang menjadikan siswa semakin mantap dalam memahami bahasa Arab.
Kelamahannya
adalah guru dibebani membuat bagian satuan pelajaran dan tidak memperlihatkan
ushlub-ushlub, bahkan apa yang dianggapnya baik dari semula, dan terkadang para
guru terpaksa memperpanjang bagan-bagan tersebut sampai mampu memaparkan contoh
seluruh aspek qawaid/kaidah-kaidah dan bahagian-bahagiannya.
C.
Kelebihan Dan Kekurangan Pengajaran
Qowa’id
1. Kelebihan pengajaran
Qawa’id
Kelebihan
pengajaran Qawa’id ini antara lain, adalah:
a.
Siswa terbiasa
menghafal kaidah-kaidah tata bahasa arab yang sangat diperlukan untuk mampu
bercakap-cakap dalam bahasa arab yang benar dan mampu menulis dengan betul.
b.
Melatih mental
disiplin dan ulet dalam mempelajari bahasa.
c.
Bagi guru
terlalu sulit menerangkan metode ini, karena kemampuan kecakapan tidak
diutamakan, dengan kata lain guru asalkan ia menguasai gramatika ( tata bahasa)
yang baik, pengajaran dapat dilaksanakan.
2. Kekurangan Pengajaran
Qowa’id
Kekurangan
pengajaran Qowa’id, adalah :
a.
Secara didaktis
dan psikologi pengajaran ini bertentangan dengan kenyataan, pengetahuan bahasa
seseorang tidaklah didahului dengan pengajaran tata bahasa terlebih dahulu.
Tapi melalui peniruan ucapan atau percakapan.
b.
Penguasaan tata
bahasa tidak dengan sendirinya menguasai percakapan.
Membosankan atau jenuh terutama apabila guru
tidak dapat menyajikan pelajaran secara baik dan menarik bagi siswa.