Marhaban Ya Ramadhan 5 Bekal Wajib Menjelang Bulan Ramadhan 2016, Hal-hal yang Harus dipersiapkan Seorang Muslim
“Ya Allah, pertemukan kami dengan Ramadhan. Bantulah kami Ya Allah
untuk menunaikan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya dan melakukan
Qiyamullail pada malamnya. Ya Allah, terimalah segala amalan kami ini.
Amin”
Ya Allah … dengan ijinMu… sebentar lagi bulan Ramadhan akan segera
menjelang, saya memohon dan berharap Engkau merelakanku untuk
bersiap-siap menyambutnya. Saya memohon Engkau akan memberikan
kesempatan untukku mendapatkan Ramadhan yang jauh lebih baik dan indah
dibandingkan tahun-tahun yang telah lalu…
Bulan Ramadhan merupakan salah satu nikmat sangat agung yang diberikan
kepada umat Islam untuk mendapat ampunan dan rahmat Allah SWT. Di bulan
Ramadhan seseorang membutuhkan bekal intelektual dan pengetahuan yang
cukup untuk bisa menjadi orang yang bershaum sesungguhnya agar bukan
sekadar menahan lapar dan haus. Jangan sampai memasuki bulan Ramadhan
dalam keadaan belum membaca bab fikih shaum. Selain itu, seseorang juga
membutuhkan kecerdasan emosional yang memadai untuk tetap dapat berjiwa
seimbang meski dalam kondisi lapar dan lemah.
Karena itu, latihan mengendalikan emosi dan syahwat harus dimulai
sebelum memasuki gerbang Ramadhan. Persiapan fisik yang cukup juga perlu
dipersiapkan agar jasad tetap dalam kondisi prima saat menjalani shaum,
menyesuaikan pola makan, pola tidur, dan istirahat sesuai bulan
Ramadhan juga dapat dipersiapkan sebelumnya. Berolahraga yang cukup dan
memilih jenis makanan yang menunjang kesehatan juga menjadi penting.
Insya Allah Ramadhan akan segera tiba, oleh karenanya Setidaknya ada 4
hal yang perlu dipersiapkan untuk menyambut Ramadhan, apa saja 5
persiapan tersebut?
1. Mempersiapan Nurani (Ruhiyah)
Persiapan ruhiyah atau mempersiapkan nurani untuk menyambut bulan
Ramadhan merupakan persiapan yang sudah seharusnya dipersiapkan.
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan cara tazkiyatun nafs/
membersihkan hati dari penyakit-penyakit dalam jiwanya sehingga hati
nurani akan bersih dari penyakit-penyakit yang dapat mengganggu ibadah
di bulan Ramadhan nantinya. “Dan beruntunglah orang yang menyucikan
jiwanya ” (Asy-Syams:9)
2. Mempersiapan Ilmu Ramadhan (ilmiyah)
Ibadah di bulan Ramdhan akan lebih maksimal jika kita mengetahui
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan yang dapat membekali kita
untuk menjalani ibadah di bulan ini, terutama ilmu-ilmu tentang amalan
di bulan Ramadhan seperti hikmah puasa Ramadhan, tadarus Al-Quran,
shalat Tarawih, i’tikaf di masjid hingga zakat.
Kita dapat mengetahui ilmu yang dapat menjadi bekal ramadhan nantinya
melalui banyak cara. Bisa dengan mengikuti pengajian/majelis, membaca
buku tentang Ramadhan, bertanya kepada ahlinya, bisa juga mencari
melalui media internet. Dengan mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan Ramadhan kita akan lebih siap melaksanakan amalan-amalan di bulan
Ramadhan.
Terkait dengan persiaan ilmu ramadhan, Anda dapat mengunjungi halaman kami (Kumpulan Artikel Ramadhan). Pada halaman tersebut, kami sebutkan beberapa kekeliruan di bulan ramadhan, beberapa hadis daif bulan ramadhan, pemaknaan lailatul qadar yang keliru. hingga pembatal dan bukan pembatal puasa yang jarang dibedakan saudara kita.
Terkait dengan persiaan ilmu ramadhan, Anda dapat mengunjungi halaman kami (Kumpulan Artikel Ramadhan). Pada halaman tersebut, kami sebutkan beberapa kekeliruan di bulan ramadhan, beberapa hadis daif bulan ramadhan, pemaknaan lailatul qadar yang keliru. hingga pembatal dan bukan pembatal puasa yang jarang dibedakan saudara kita.
3. Mempersiapkan Fisik (Persiapan Jasadiyah)
Puasa identik dengan ibadah yang memerlukan fisik yang prima. Orang yang
fisiknya kuat akan lancar dalam menjalankan puasa. Oleh karen itu, kita
perlu mempersiapkan fisik kita untuk menjalankan ibadah Ramadhan dengan
lancar walaupun saat bekerja.
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah” (HR.Muslim, Baihaki, Ibnu Majah)
4. Mempersiapkan Harta (Persiapan Maliyah)
Mempersiapkan harta di bulan Ramadhan bukan berarti untuk membeli
makanan yang banyak, melainkan untuk amal ibadah seperti infak/shadaqah,
zakat mal maupun zakat fitrah, atau memberi makanan buka puasa untuk
orang lain.
Dengan melakukan persiapan di atas semoga ibadah kita di bulan Ramahan
nantinya akan lebih maksimal dan tentunya mendapat pahala dari Allah
Ta’ala. Pada akhirnya, Selamat menyambut bulan Ramadhan bagi umat muslim
di seluruh dunia.
5. Jangan Lupa, Perbarui Taubat!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُون
“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”
Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan.
Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang
akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.
Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).
Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita
kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun
kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan
tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah
totalitas dan kejujuran taubat.
Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara
di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan
merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri
beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan
ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.
Sekilas Pemaknaan terhadap Kata Marhaban Ya Ramadhan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "marhaban" diartikan sebagai "kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu (yang berarti selamat datang)." Ia sama dengan ahlan wa sahlan
yang juga dalam kamus tersebut diartikan "selamat datang." Walaupun
keduanya berarti "selamat datang" tetapi penggunaannya berbeda. Para
ulama tidak menggunakan ahlan wa sahlan untuk menyambut datangnya
bulan Ramadhan, melainkan "marhaban ya Ramadhan".
Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti "keluarga", sedangkan
sahlan berasal dari kata sahl yang berarti mudah. Juga berarti
"dataran rendah" karena mudah dilalui, tidak seperti "jalan
mendaki". Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan selamat datang,
yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat yaitu, "(Anda berada di
tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah."
Marhaban terambil dari kata rahb, berarti "luas" atau
"lapang", sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan
diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan
baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.
Dari akar kata yang sama dengan "marhaban", terbentuk
kata rahbat yang antara lain berarti "ruangan luas untuk kendaraan,
untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan
perjalanan." Marhaban ya Ramadhan berarti "Selamat datang Ramadhan"
mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh
kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap
kehadirannya "mengganggu ketenangan" atau suasana nyaman kita.
Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu (baca: keistimewaan bulan Ramadhan), karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah Swt.
Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah
nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat,
bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar
perjalanan tidak melanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki,
bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula
perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan
tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas
rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta
telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan
dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk
mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah Swt. Demikian
kurang lebih perjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin.
Baca Juga: Kiat Sukses Menghadapi Bulan Ramadhan
Baca Juga: Kiat Sukses Menghadapi Bulan Ramadhan
Sumber Informasi:
http://www.tongkronganislami.net/2013/06/Ramadhan-artikel-puasa-ramadhan-file-ramadhan.html