Mengapa Doa "Tidak Kunjung" Dikabulkan ?


Kita 'sedikit' membahas kajian Islam, tentang Mengapa Doa "Tidak Kunjung" Dikabulkan ? kira-kira Apa penyebabnya?!.  Para sahabat Para Ilmuan dan Tokoh Pendeta Yang Memeluk Islam pasti sering mendengarnya (atau bahkan mungkin kita sendiri yang mempertanyakannya?), kira-kira apa penyebabnya? yuk, kita sama-sama cari tahu..dan bagaimana agar do'a berpeluang dikabulkan...

Ada beberapa faktor yang menyebabkan doa tak kunjung dikabulkan. Diantaranya karena maksiat yang diperbuat, atau karena memakan makanan yang haram, Atau boleh jadi pula doa seseorang tak kunjung terkabul karena Allah  Menghendaki untuk mengganti apa yang ia minta dengan yang lebih baik di surga dan akhirat kelak.

dari Abu Hurairah ia berkata; 
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo'a: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya?."  (HR Muslim, Ahmad dan Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “ Perbaikilah makananmu [makanlah makanan yang halal] niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya." (HR At-Thabrani)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai." (HR Tirmidzi dan Ahmad)

Jadi jelaslah kini bahwa makanan yang haram dan hati yang lalai, dapat menyebabkan tidak terkabulnya doa.
Persoalan makanan ini tidak lepas dari bagaimana cara mendapatkan rezeki yang dengan rezeki tersebut kita memberi makan keluarga, anak, isteri,. juga untuk membelikan pakaian, biaya sekolah anak-anak serta hal lainnya,!  Maka Penting kita perhatikan sungguh-sungguh mengenai rezeki yang didapat serta makanan dan pakaian yang dipakai serta hal lainnya didapatkan dengan bersih dan halal.!

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Qs. Al Baqarah 168)

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil..(Qs. Al Baqarah 188)

Makanan haram bisa disebabkan memang zatnya yang haram, seperti bangkai, daging babi, dan darah. Atau, karena haram cara mendapatkannya, seperti mencuri, curang, korupsi atau suap.

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat penyuap [memberi uang sogokan]dan yang disuap [yang menerimanya]."  (HR Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah)

Dalil-dalil ini menunjukkan haramnya suap secara mutlak, tanpa kecuali. Tidak ada alasan sedikitpun yang memperbolehkannya walau dikatakan (dengan tujuan) untuk kebaikan sekalipun. Karena dalil tersebut berbentuk umum meliputi semua praktek suap. Pengecualian satu saja praktek suap dengan bertujuan menghalalkan jelas membutuhkan dalil lain yang mengkhususkan keumuman tadi. Dan dalil seperti itu tidak diketemukan.  Semua bentuk praktek suap adalah haram.

Dan ini tidak hanya berlaku terhadap penguasa, pegawai ataupun pimpinan saja, Melainkan semua bentuk suap berapapun jumlahnya walau hanya Rp.100 (seratus rupiah),tetap haram, sekalipun kepada tukang sampah, mandor, polisi, buruh, satpam dll

*Jadi para ibu, isteri, atau anak, harus "benar-benar memperhatikan" nafkah dan makanan serta pakaian yang diberikan sang suami ataupun ayah tercinta. Didapat/Tercampur dengan harta yang haram atau tidak?, karena ini sesuatu yang amat serius bukan hanya dapat mengakibatkan Tidak terkabulnya Doa , tapi juga ancaman yang mengerikan serta hilangnya keberkahan, dan lain sebagainya yang teramat panjang, dan perlu penjelasan  tersendiri mengenai ini.*

Dan penyebab lainnya, karena bentuk pengabulan do'a itu bermacam-macam, ada yang langsung ada juga yang tertunda, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat berikut,

"Tidak ada seorang muslim yang menghadapkan mukanya kepada Allah untuk berdo'a, kecuali Allah akan mengabulkannya. Kadang-kadang, pengabulannya dipercepat dan kadang ditangguhkan. " (H.R. Ahmad dan Hakim)

Hanya saja secara manusiawi, kita akan merasa sumpek, bahkan putus asa kalau do'a belum dikabulkan. Padahal, kemungkinan besar ini yang terbaik untuk kita. Ingat, ilmu kita sangat terbatas, sementara ilmu Allah Subhanahu wa ta'ala. Maha luas.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal hal itu baik untuk kamu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal hal itu buruk bagi kamu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”   (Q.S. Al Baqarah: 216)
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Prinsip-prinsip di atas harus dipegang teguh agar kita tidak berprasangka buruk kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. dan tidak putus asa dari rahmat dan karunia-Nya.

*Ibrahim bin Adham rahimahullah (w. 162 H), seorang ulama yang terkenal dengan kezuhudan dan ibadahnya, suatu hari pernah ditanya oleh seseorang, "Mengapa' do'a-do'a kami tidak dikabulkan ?". Beliau menjawab: “Hal itu dikarenakan hati kalian telah mati dengan sepuluh perkara berikut:*

1.      Kalian mengenal Allah tetapi kalian tidak menunaikan hak-Nya.
2.      Kalian mengaku mencintai Rasul-Nya, tetapi kalian meninggalkan Sunnahnya.
3.      Kalian membaca Al-Qur`an, tetapi kalian tidak mengamalkan isinya.
4.      Kalian banyak diberi nikmat karunia, akan tetapi kalian tidak mensyukurinya.
5.      Kalian mengatakan bahwa setan adalah musuh, tetapi kalian justru mengikuti langkahnya.
6.      Kalian mengaku bahwa surga adalah benar adanya, namun kalian tidak melakukan amal-amal yang mengantar   kesana.
7.      Kalian mengaku bahwa neraka adalah benar adanya, tetapi kalian tidak lari dari panas siksanya .
8.      Kalian mengaku bahwa kematian adalah benar adanya, namun kalian tidak mempersiapkan diri ke sana.
9.      Kalian sibuk mengurusi kekurangan orang lain, tetapi kalian lupa akan kekurangan diri kalian sendiri.
10.    Kalian menguburkan jenazah, akan tetapi tidak mau mengambil pelajaran dari peristiwa kematian."
(Hilyatu Al-Awliya` wa Thabaqat Al-Ashfiya`/Al-Hafizh Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah Al-Ashbahani)

HALAMAN

POPULAR POST