Makna Dan Pengertian Hati
Kata-kata hati dalam bahasa arab dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al Qalbu, Al Fuadu, dan Ash Shadru.
Dinamakan dengan Al Qalbu dengan dua sebab;
Pertama: karena ia menunjukkan pusat (jantung) sesuatu, sebagaimana kota makkah disebut Qalbul Ardhi (pusat bumi) karena letaknya di tengah-tengah bumi. Sebagaimana hati dalam tubuh manusia adalah pusat kembali segala aktifitas tubuh.
Kedua: karena sifatnya berbolak-balik.
Sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ القِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً» رواه أحمد (6/4)، وصححه الألباني فِي “الصحيحة” (1772).
“Sungguh hati anak Adam lebih cepat berbolak-balik dari periuk yang sedang sangat mendidih”.
Dan dinamakan Al Fuadu, karena bermacam-macamnya pikiran, keyakinan dan perasaan yang tersimpam dalamnya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al Qur’an:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“.
Maka hati akan ditanya tentang apa yang ia pikirkan dan apa yang diyakininya.
Dan dinamakan Ash Shadru (dada).
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firma-Nya:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر/19]
“Dia mengetahui mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
Karena tempat hati terletak dalam dada, sebagaimana firman Allah:
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
Konsep Hati Menurut Islam
Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ [التين/4]
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Namun perlu kita ketahui bahwa kerupawanan seseorang akan membawa kepada kehinaan bila tidak disertai oleh keindahan hati yang dihiasi oleh iman dan amal sholeh.
Sebagaimana lanjutan dari firman Allah di atas:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ [التين/5، 6]
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang sehina-hinanya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Dari sini dapat kita pahami bahwa pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak pula pada harta dan jabatan. Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan seseorang.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«إِنَّ اللّه تَعَالَى لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ» رواه مسلم.
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia memandang kepada hati dan amalan kalian”.
Namun penentu baik dan buruknya amalan seseorang amat bergantung kepada hati. Maka hati adalah bagaikan generator bagi seluruh anggota badan. Kedudukan hati di antara anggota badan bagaikan raja di tengah kerajaan. Semua gerak-gerik anggota badan akan bergantung kepada hati sebagaimana gerak-gerik anggota pasukan bergantung kepada raja. Bila raja bersifat baik maka prajuritnya pun akan baik pula, sebaliknya bila raja memiliki prilaku buruk maka bala tentaranya pun akan berprilaku buruk pula.
Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada kita tentang hal tersebut dalam sabdanya:
«أَلا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ» رواه البخاري ومسلم.
“Ketahuilah! Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia adalah hati”.
Hati adalah ciptaan Allah yang luar biasa, dimana hati menyimpan berjuta-juta rahasia yang tidak mungkin untuk diketahui manusia kecuali segelitir saja dari rahasia-rahasia tersebut. Ini menunjukkan betapa luasnya ilmu dan kekuasaan Allah. Maka oleh sebab itu menyuruh kita agar merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah pada diri kita.
Sebagaimana Allah perintahkan dalam Al Qur’an:
وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ [الذاريات/20، 21]
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Semoga melalui apa yang kita bahas pada kesempatan kali ini dapat sebagai mediator untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Disaat kita mencoba mengenal sekelumit dari keluarbiasaan kekuasaan Allah dalam diri kita.
Perbedaan Hati Dengan Otak
Otak dalam bahasa arab disebut dengan Ad Dimaahg dan Al Mukh.
Menurut sebagian ahli kesehatan bahwa akal tempatnya di otak, akan tetapi menurut para ulama Islam akal tempatnya di hati. Dianatara para ulama tersebut seperti Al Qurtubi[1], Al baghawi dalam kitab tafsirnya[2], Ibnu Taimiyah dalam kitab majmu’ fatawa[3] dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya[4].
Mereka para ulama tersebut berpegang kepada firman Allah:
{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِى الارْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ} (الحج : 46)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memikirkan”.
Dan firman Allah:
{لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا} (الأعراف : 179)
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak mereka pergunakan untuk memikirkan (ayat-ayat Allah)“.
Syeikh Islam ibnu Taimiyah dan murid beliau Ibnul Qoyyim menjelaskan hubungan antara dua unsur yang terpenting diatas, yaitu hubungan anatara hati dan otak.
Berkata syeikh Islam Ibnu Taimiyah: Sumber pikiran dan pandangan berasal dari otak sedangan sumber emosional (Irodah) adalah berasal dari hati.
Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “At Tibyaan fi Aqsaamil Qur’an“: Mani bila telah berumur enam hari apabila ia membeku timbul di tengah-tengahnya suatu titik maka itulah tempat jantung. Kemudian muncul satu titik pula diatasnya maka itu adalah otak. Lalu muncul pula satu titik di arah kanannya maka itulah hati (al kabid). Kemudian titik tersebut semakin berkembang”.
Perbedaan Hati Dengan Jantung
Sering dalam bahasa sehari-hari kita memahami bahwa hati adalah bagian tubuh yang disebut dalam bahasa arabnya Al Kibdah. Pada hal dalam Al Qur’an dan sunnah serta penjelasan para ulama yang disebut hati adalah yang disebut jantung dalam bahasa kita sehari-hari. Maka oleh sebab itu penyakit serangan jantung dalam bahasa Arab disebutsaktatul Qalb.
Tips Dan Trik Mengobati Hati Yang Sakit
1. Segera bertaubat dan banyak beristighfar.
Sesungguhnya dosa sangat mempengaruhihati seseorang, setiap berbuat dosa akan tetancap bintik hitam pada hati seseorang tersebut. Ibarat besi yang semakin hari dililit karat, bila sudah terlalu tebal maka untuk menghilangkannya akan sangat sulit dan butuh pada waktu yang cukup lama. Diterjen yang paling manjur untuk membersihhkan karat hati adalah taubat dan istighfar.
Amat banyak sekali ayat-ayat maupun hadits-hadits yang memerintahkan agar kita senantiasa bertobat dan memohon ampunnan dari Allah.
Seperti perintah nabi Huud ‘alaihis salam kepada kaumnya yang terdapat dalam fiman Allah:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ [هود/52]
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”
Demikian pula perintah nabi Syu’aib ‘alaihis salam kepada kaumnya dalam firman Allah:
وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ [هود/90]
“Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.”
2. Banyak bertawakal.
Agar hati kita tenang ketika berihtiar dan berusaha, hendaklah kita bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا [الطلاق/3]
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
3. Biasakan bersikap sabar.
Dalam menjalani hidup sehari-hari pasti kita akan mengalami kondisi yang saling berbeda. Tidak ada seorangpun yang tidak mengalami cobaan dan ujian. Karena Allah telah menjadikan kehidupan ini untuk melihat siapa yang lulus dari ujian.
Sebagaimana Allah berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ [العنكبوت/2، 3]
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
Dan firman Allah:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ [البقرة/155]
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
4. Sering membaca dan mendengarkan Al Qur’an.
Al Qur’an adalah kitab suci yang oenuh berkah disamping sebagai petunjuk, rahmat dan pelajaran. Ia juga sebagai obat dan penawar bagi berbagai penyakit hati, sebagaimana Allah sebutkan dalam firmannya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ [يونس/57]
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Dan firman Allah:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا [الإسراء/82]
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
5. Mempelajari ilmu agama terutama ilmu Akidah.
Mempelajari ilmu akidah berdasarkan dalil-dalil syar’i akan menyembuhkan hati kita dari berbagai bentuk penyakit syubuhat (Kesesatan) dalam hati. Seperti penyakit ragu, nifaq, syirik, bid’ah dan lain-lain.
Oleh sebab itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selama tiga belas tahun di Makkah menyeru kepada tauhid dan memperbaiki aqidah orang kafir Quraisy. Demikian pula ayat-ayat yang turun di Makkah jika kita perhatikan hanya berbicara tentang tauhid dan Aqidah. Demikian tugas seluruh para rasul dan nabi mengajak manusia untuk mengetahui tentang pentingnya tauhid dan betapa berbahayanya syirik. Jika kiata membaca surat yang pertama turun adalah perintah untuk membaca dan menulis karena keduanya adalah sarana untuk mendapat ilmu.
Sebagaiman terdapat dalam firman Allah:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ [العلق/1-5]
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
6. Membiasakan berinfak
Membiasakan berinfak adalah cara membersihkan hati dari penyakit kikir dan tamak. Oleh sebab itu, banyak sekali ayat dan hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk selalu berinfak.
Sebagaimana Allah berfirman:
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21) إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ (23) وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (24) لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ [المعارج/19-25]
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa.”
7. Berteman dengan orang-orang yang sholeh dan taat beribadah serta berakhlak mulia.
Berteman denga orang yang sholeh akan banyak memberikan terapi bagi kita. Karena ia akan mengingatkan jika kita lupa dan akan menasehati jika kita tersalah.
Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْهُ شَىْءٌ أَصَابَكَ مِنْ رِيحِهِ وَمَثَلُ جَلِيسِ السُّوءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْكِيرِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْ سَوَادِهِ أَصَابَكَ مِنْ دُخَانِهِ .” رواه أبو داود
“Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Tindakan proventif dalam menjaga hati
1. Banyak berzikir.
Zikir memiliki dua makna:
Pertama: Zikir mutlak (umum), dimana mata, telinga, umult, tangan, kaki beserta seluruh anggota badan kita berzikir kepada Allah. Kita meresa selalu diawasi, dilihat, didengar dan diperhatikan oleh Allah. Kita mengendalikan diri kita dari berbagai kemaksiatan dan dosa meskipun kita sendirian dan tidak ada seorangpun disamping kita dan mengetahui gerak-gerik kita.
Kedua: Zikir muqaiyyat (berbentuk tertentu) dari segi waktu dan tempat. Contohnya do’a mau tidur dan bangun tidur, do’a masuk wc dan keluar wc, do’a setelah berwuduk, setelah mendengar azan dan seterusnya.
Untuk menjaga hati kita tetap tenteram, nyaman dan tenang adalah dengan banyak berzikir kepada Allah sebagaimana Allah sebutkan dalam kalamnya:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ [الرعد/28]
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Demkian pula dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
((ماجلس قوم مجلسا يذكرون الله فيه إلا حفتهم الملائكة وتغشتهم الرحمة وتنزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده)) رواه ابن ماجه وصححه الشيخ الألباني.
Tidaklah suatu kaum duduk mengimngat Allah dalam satu majlis. Kecualai malaikat menaungi mereka, rahmat Allah meliputi mereka dan diturunkan kepada mereka ketenangan. Serta Allah menyebut mereka di hadapan makhluk yang di sisi-Nya.
2. Selalu merenungkan ayat-ayat Allah.
Ayat-ayat Allah ada dua macam:
Pertama: Ayat Kauniyah, yaitu tanda-tanda keagungan dan kebesaran Allah yang terdapat pada alam raya ini. Seperti matahari, bulan, bintang, bumi dan langit serta apa yang terdapat di anatar keduanya dan pada keduanya.
Kedua: Ayat Syar’iyah, yaitu ayat-ayat suci yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Sesungguhnya dalam ayat-ayat yang diturnkan Allah terdapat berbagai macam perintah dan larangan yang menyimpan berjuta-juta rahasia hikmah. Demikian pula hukum-hukumnya membawa keadilan yang luar biasa, seandainya bersatu seluruh pakar hukum di dunia untuk menandingi satu saja dari hukum Islam niscaya mereka tidak akan mampu menandinginya.
Banyak sekali ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita untuk meernungkan dan memikirkan tentang ayat-ayat Allah baik ayat syar’iyah maupun ayat kauniyah. Diantaranya firman Allah:
إِنَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآَيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ (3) وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَابَّةٍ آَيَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (4) وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ آَيَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (5) تِلْكَ آَيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ وَآَيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ [الجاثية/3-6]
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini, dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya.”
3. Senantiasa mengingat kehidupan akhirat.
Sangat banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menceritakan tentang kehidupan akhirat. Ada ayat yang bercerita tentang kehidupan ahli surga, membuat hati kita begitu rindu untuk melihatnya. Dan ada pula ayat yang bercerita tentang penderitaan dan siksaan ahli neraka membuat hati kita menjadi tertunduk dan takut kepada Allah. Berbagai peritiwa yang akan dilalui manusia di alam akhirat seperti:
- Kehidupan alam kubur.
- Peristiwa ketika di Padang Mahsyar.
- Peristiwa ketika diserahkannya catatan amal kita.
- Peristiwa ditimbangnnya amalan kita.
- Peristiwa ketika melewati Shiartul mustaqim.
Oleh sebab itu kita dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berziarah kubur agar kita ingat kepada akhirat.
((زوروا القبور، فإنها تذكركم الآخرة)) رواه النسائي وابن ماجه وقال الشيخ الألباني : صحيح.
“Ziarahilah oleh kalian perkuburan, karena sesungguhnya dia akan mengingatkan kalian kepada hari akhirat.”
4. Biasakan membaca sejarah kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat.
Diantara hal yang dapat membuat hati kita tetap tegar dan kokoh serta istiqamah dalam memegang kebenaran adalah dengan membaca sejarah kehidupan para nabi dan rasul serta para sahabat. Kita akan melihat bagaimana mereka tidak pernah goyah keyakinan mereka dengan sebesar apapun tantangan yang mereka hadapai. Oleh sebab itu, Allah menyebutkan dalam kitab suci-Nya kisah-kisah para nabi dan umat yang terdahulu agar kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah kehidupan mereka. Seperti kisah nabi nuh yang 950 tahun. Betapa sabarnya beliau dalam menghadapi tantangan kaumnya.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ [العنكبوت/14]
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”
Bahkan kisah-kisah tersebut Allah jadikan sebagai cara untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ [هود/120]
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.”
Dan Allah menjadikan kisah-kisah tersebut sebagai pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ [يوسف/111]
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
5. Doa.
Konsep Akidah Terkait Hati
Konsep akidah yang terkait dengan hati sangat banyak sekali namun dalam kesempatan yang terbatas ini kami sebutkan yang terpenting saja, dintaranya:
1. Ar Rajaa’ (Harapan).
Ar Roja’ adalah ketulusan hati kita dalam berharap kepada Allah. Kita hanya menggantung seluruh harapan kita kepada Allah semata. Karena ditangan Allah-lah segala kebaikan. Barangsiapa yang megantungkan harapan kepada selain Allah maka ia telah terjerumus kedalam penghambaan dan peribadatan kepada selain Allah.
Berikut ini kita sebutkan tentang dalil yang mewajibkan bahwa segala harapan kita hanya kita gantungkan kepada Allah.
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا [الكهف/110]
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”
2. Al Khauf (rasa takut).
Kita tidak boleh takut kecuali kepada Allah semata, karena hanya Allah yang mampu mendatangkan mudharat dan ditangan-Nya segala urusan makhluk.
Sebagaimana perintah Allah:
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ [آل عمران/175]
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
Dan firman Allah:
فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ [المائدة/44]
“Maka janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.”
3. Al Mahabbah (Kecintaan).
Kecintaan yang murni hanya ditujukan kepada Allah, kita tidak boleh menserikat Allah dalam cinta ubudiyah kita. Seperti disebutkan Allah dalam firman-Nya:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ [البقرة/165]
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”
4. Ikhlas.
Ikhlas adalah menyerahkan segenap ibadah kita kepada Allah semata. Tanpa mengharap pujian dan sanjungan siapapun. Hati adalah tempat menetukan niat ketika seseorang melakukan aktifitas ubudiyah kepada Allah.
Sebagaimana Allah perintahkan dalam firman-Nya:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ [الأنعام/162، 163]
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
5. Khusu’.
Khusu’ adalah tingkat keyakinan saat beribadah kepada Allah, maka semua perhatian hatinya tertuju pada Allah. Khusu’ adalah bagian dari perkerjaan hati yang hanya boleh kita persembahkan kepada Allah semata.
Allah berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ [الأنبياء/90]
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas[970]. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”
Kesimpulan Dan Penutup
Sebagai kesimpulan dari penjelasan di atas sbb:
1- Betapa agungnya ciptaan Allah pada makhluknya.
2- Betapa pentingnya kita mejaga dan merawat serta menghiasi hati kita dengan iman, ilmu dan amal.
3- Wajibnya kita besyukur atas segala nikmatnya terutama nikmat hati.
Demikian yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan ini semoga Allah memberikan kepada kita hati yang baik dan taat kepada Allah. Akhirnya kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kekeliruan.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لآ إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إلي
Penulis:
Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A.
(Sumber: